Tak Pecat Kader Walk Out
JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ditantang menunjukkan keseriusannya menentang aksi walk out para kadernya di voting pembahasan RUU Pilkada pekan lalu.
Tantangan itu datang dari rohaniawan sekaligus pengamat politik Romo Benny. Kata dia, SBY harus mengambil tindakan nyata untuk memecat kader partainya yang walk out pada saat rapat paripurna jika benar-benar mendukung pemilihan kepada daerah (Pilkada) langsung.
“Pecat anggota Demokrat yang kemarin ikut rapat paripurna dan bersikap walk out kalau memang benar serius,” ujar Benny di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (28/9).
Jika SBY tak berani memberi sanksi kepada kadernya yang walk out, maka kata Benny, publik akan semakin menganggapnya sebagai pembohong. Langkah tegas itu, ujarnya, sekaligus memperbaiki kembali nama SBY yang telanjur dicap buruk oleh public. “Apabila dia tidak melakukan itu artinya dia berbohong,” tegas Benny.
Selain itu, Polemik drama Partai Demokrat dan sikap ketua umumnnya, Susilo Bambang Yudhoyono dalam voting RUU Pilkada di parlemen hingga saat ini masih menuai sorotan publik. Pengamat politik Ray Rangkuti menyatakan Demokrat sejak awal sudah terlihat tidak tulus memperjuangkan pilkada langsung karena lebih mendahulukan target 10 poin syarat perbaikan dibanding ikut bergabung di jajaran partai pendukung pilkada langsung.
“Mestinya yang didahulukan usung dulu pilkada langsung. Pak SBY, malah dahulukan 10 poin itu. Jadi bisa dibilang Demokrat dari awal dahulukan cabang, batangnya kemudian. Jelas bahwa tidak ada niat baik. Coba dari awal bilang dulu “kami dukung pilkada langsung”. kan jelas,” tegas Ray dalam diskusi “Menolak UU Pilkada produk Pengkhianat Demokrasi (PD)” di Jakarta Pusat.
Menurut Ray, 10 poin dari Partai Demokrat bisa diperjuangkan saat target pelaksanaan pilkada langsung sudah disetujui dalam voting. Apalagi, kata dia, posisi Demokrat saat voting sangat dibutuhkan oleh partai-partai pendukung pilkada langsung.
Namun, sambungnya, para anggota dewan dari Fraksi Demokrat justru membuat drama yang menyakiti hati masyarakat. “Adanya hanya dramatologi saja di voting. Sekarang baru ribut. Percuma. Harusnya dari awal sudah jelas-jelang dukung,” tandas Ray.
(flo/jpnn)