BADUNG - Berbagai strategi untuk merangkul pembaca muda dipaparkan pada hari pertama forum WAN-IFRA The World Young Reader Summit and Ideathon di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, kemarin (24/11). Kompas dan Jawa Pos kemarin mendapat kesempatan membagikan strategi dalam menggaet pembaca belia.
Direktur PT Jawa Pos Koran Leak Kustiya menyatakan, Jawa Pos sudah memikirkan strategi melibatkan pembaca muda sejak 15 tahun silam. Saat itu, belum ada koran yang memiliki halaman khusus anak muda. Semua koran masih menganggap mayoritas pembacanya adalah orang-orang tua. Berita-berita kala itu didominasi masalah politik dan pemerintahan yang menjemukan. Jawa Pos sadar bahwa pembaca koran harus diregenerasi.
Karena itu, diperlukan suatu jembatan yang bisa menghubungkan koran dengan anak-anak muda. \"Jembatan itulah yang kami beri nama DetEksi, halaman khusus anak muda,\" kata Leak.
Terbit setiap hari, halaman tersebut mengangkat segala hal tentang remaja. Terasa makin muda karena semua yang mengerjakan juga anak-anak muda. Usia tertua kru DetEksi saat ini adalah 23 tahun. Halaman tersebut, lanjut Leak, berbeda dengan halaman yang lain. Perwajahannya begitu khas anak muda.
\"Kini banyak event yang sukses diselenggarakan dan makin mendekatkan Jawa Pos dengan pembaca muda. Misalnya, DetEksi Model Competition hingga kompetisi bola basket, mulai DBL, JRBL, WNBL, dan NBL. Selain itu, ada DBL Store. \"Semua dimulai dari DetEksi. Kami telah membuat jembatan yang bagus bagi pembaca muda,\" ungkapnya.
\"Promotion Manager for Marketing Communication Kompas Tarrence Palar menyatakan, pihaknya melakukan beberapa upaya untuk merangkul para pembaca muda.
Saat kampanye pemilihan presiden lalu, kata dia, Kompas mengadakan program kampanye media sosial untuk anak-anak muda. Tujuannya, meningkatkan partisipasi pemilih pada Pilpres 2014. Program tersebut bernama #BuktikanSuaramu. \"Anak-anak muda yang mencoblos bisa berfoto selfie di tempat pemungutan suara, lalu meng-upload foto mereka di media sosial,\" jelasnya.
General Manager Marketing Communication Kompas Fidelis Novan menambahkan, pihaknya juga telah mengadakan survei untuk mengetahui kebutuhan anak-anak muda. Hasilnya, anak-anak muda membutuhkan media yang membuat mereka didengar dan diperhatikan. \"Anak-anak muda ingin tampil hebat dengan cara mereka sendiri. Karena itu, kami tampilkan mereka di media sosial,\" terangnya.
Namun, mereka juga tetap mengampanyekan koran cetaknya. \"Biasanya, media sosial hanya memberikan informasi tentang suatu program, sedangkan materinya kami minta melihat di koran. Ketika menggunakan media sosial, jangan melupakan koran,\" terangnya.
Sekjen Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat Ahmad Djauhar menyatakan, koran memang perlu melakukan terobosan untuk merangkul pembaca muda. Menurut dia, saat perekonomian Asia tumbuh, seharusnya media juga ikut tumbuh. Hal seperti itu terjadi di Tiongkok dan India. \"Bagaimana dengan Indonesia\" Seharusnya juga ikut tumbuh, tapi ternyata tidak. Mengapa\" Sebab, minat baca anak muda rendah,\" tegasnya.
Padahal, bangsa yang besar memiliki tradisi literal yang kuat. Menjadi ironis jika kesukaan membaca di Indonesia malah turun dari tahun ke tahun.
Acara makin terasa segar ketika Rene Suhardono, konsultan SDM, menjadi pembicara. Dengan gayanya yang fun, pria 42 tahun yang juga dikenal sebagai penulis buku itu mengajak peserta mencari tahu apa yang dibutuhkan media agar bisa menggaet pembaca muda.
Rene menghadirkan belasan anak muda berusia 15-17 tahun untuk diwawancarai mengenai kebutuhan mereka akan media. \"Saya memang jarang membaca koran. Tapi, kalau ada informasi yang simpang siur, saya memilih koran untuk mendapatkan kepastian isu itu,\" ungkap Pinkan, 15.
Selain itu, dalam acara kemarin, Amedia, surat kabar dari Norwegia, dianugerahi sebagai pemuncak daftar pemenang World Young Reader Prize 2014. Surat kabar dengan oplah 18 ribu per hari itu terpilih karena komitmennya terhadap pemberdayaan anak muda. \"Meraih pembaca muda adalah kebutuhan vital media saat ini,\" kata Executive Director WAN-IFRA Aralynn McMane.
Forum akan dilanjutkan hari ini dan secara resmi diakhiri besok. Namun, untuk peserta yang ingin belajar tentang nilai-nilai berita, panitia menyelenggarakan workshop pada Kamis (27/11).