JAKARTA-PT Kertas Leces mencari jalan untuk lepas dari kerugian yang selama ini menghimpit. Perusahaan pelat merah itu sempat rugi pada titik terenda di 2006 lalu. Saat itu, kerugian mencapai Rp 145 miliar. Tidak mau terus rugi, manajemen melakukan transformasi bisnis dari produk konvensional.
Bisnis inti itu akan beralih menjadi produksi kertas untuk sekuritas dan kertas uang. Dia optimistis bisa membuat perusahaan lebih bergairah karena binnis itu belum banyak saingan dan daya jualnya tinggi. \"Bisnis baru ini bukan produksi yang berdarah-darah lagi,\" katanya Direktur Utama Kertas Leces, Budi Kusmarwoto, di Kementerian BUMN.
Menurutnya, kertas industri harganya sangat fluktuatif. Apalagi, Infrastruktur perusahaan tidak terintegrasi dengan ketersediaan bahan baku. Itu membuat perusahaan terus defisit meski kapasitas produksi disebutnya meningkat. Kondisi diperburuk dengan tidak adanya hutan industri yang membuat perusahaan bergantung pada harga bahan baku dari luar.
Dia mengatakan, kerugian itu dialami selama sembilan tahun sejak 2005 hingga 2013. Produk kertas tulis cetak seperti HVS, kertas koran, sampai kertas industri ternyata tidak mampu membuat kas perusahaan menggendut. Manajemen menegaskan cukup atas kerugian itu dan tidak mau terulang di tahun kesepuluh.
Supaya perubahan itu sukses, dibutuhkan modal sampai Rp 300 miliar. Untuk menutupi anggaran itu, perusahaan perlu menjadi kerjasama dengan investor. April lalu, mereka sudah ke Tiongkok untuk membicarakan prospek bisnis itu. Setelah ini, baru dibuatkan MoU untuk membentuk perusahaan patungan.
\"Kenapa masuk ke kertas uang\" Saat ini kertas uang semua impor sudah uang jadi. Water mark, benang pengaman, di Indonesia tinggal mencetak. Kita mau produksi di sini, membuat ketahanan nasional,\" ucapnya.
Hitungan PT Kertas Leces, kertas berharga bisa menghasilkan margin hingga 60 persen. Jauh dari margin kertas konvensional yang hanya dikisaran 10-15 persen. Turn around management menjadi opsi ketimbang meningkatkan kapasitas yang bisa jadi menambah kerugian. Selain itu, mereka akan memilah lagi bahan baku.
Masalah lain yang dipikul PT Kertas Leces tidak itu saja. Perusahaan juga perlu uang untuk membayar segala utang-utangnya yang mencapai Rp 2 triliun. Utang itu berasal dari 26 kreditur yang terdiri dari 21 concurrent, 3 preferences, dan 2 separatis.
\"Kita sedang menghadapi PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Begitu lolos PKPU, baru kita ngobrol lebih jauh soal kepemilikan perusahaan patungan dengan investor strategis itu,\" terangnya. Dia optimistis, pola baru bisa memberikan laba Rp 500 miliar pada 2020.
(dim)