Harga Naik Turun, Pengusaha Tak Terdampak
JAMBI-Naik turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak beberapa waktu lalu tak mempengaruhi konsumsi BBM masyarakat di Provinsi Jambi. Kepala Biro Administrasi Perekonomian SDA Provinsi Jambi, Masherudin Wahab memastikan hal tersebut.
Menurutnya, meski BBM sempat naik dan mengalami dua kali penurunan harga hingga kini premium seharga Rp 6600 per liter dan solar Rp 6400 per liter, tak menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat.
‘‘Tingkat konsumsi BBM masih normal untuk Jambi. Tak ada keresahan sepertinya di tengah masyarakat. Cuma dengan turunnya ini kadang-kadang ada masyarakat yang beli pakai jeriken. Terlebih lagi untuk daerah yang agak jauh dan terpencil. Namun secara keseluruhan normal,’‘ katanya.
Menurutnya, akan ada aturan pengalihan penggunaan premium ke pertamax yang informasinya Maret mendatang. ‘‘Nah soal itu kita belum tahu lagi bagaimana dampaknya,’‘ katanya.
Soal kuota BBM Provinsi Jambi 2015, dia mengatakan, masih sama dengan kuota tahun 2014 lalu. Kuota premium misalnya, Provinsi Jambi dijatah kurang lebih 453 ribu kilo liter (KL) dan solar 310 KL.
‘‘Kalau pertamax tak ada kuota karena pasarannya dunia bukan subsidi. Jadi perkembangan bagaimana minyak dunia dia fleksibel ikut terus. Sekarang di jambi pemakai pertamax kan masih minim sekali,’‘ ungkapnya.
Secara nasional, konsumsi BBM baik premium dan solar mencapai 46 juta KL. Diterangkannya, secara umum memang kuota Provinsi jambi tetap, namun ada pergeseran kuota premium ke kuota solar.
‘‘Sebab solar kita itu 270 KL, kemudian waktu itu premium kita 505 KL. Karena kebutuhan solar kita perhitungkan kurang diakhir tahun, maka kita minta tambah jumlah kuotanya ke pusat. Maka akhirnya dialihkAnlah kuota premium kita 50 ribu KL. Makanya solar kita kuotanya naik menjadi 310 KL,’‘ ujarnya.
Sejauh ini juga, distribusi BBM untuk Jambi melalui jalur sungai masih lancar. ‘‘Distribusi jalur sungai masih sangat lancar tanpa gangguan. Yang jelas soal stok kita ketersediaannya ada,’‘ katanya.
Sementara itu, Humas Hiswana Migas Nasir kepada harian ini menyampaikan, memang naik turunnya harga BBM adalah kondisi dilematis. ‘‘Kalau turun harganya, maunya dihabiskan sebelum harga turun. Namun kalau naik misalnya, tapi stok belum habis, pengusaha SPBU harus menghabiskan stok jadinya pasti merugi,’‘ katanya.
Sebelumnya, BBM jenis premium ditetapkan naik harganya menjadi Rp 8500 perliter. Setelahnya, BBM kenbali mengalami dua kali penurunan harga hingga menjadi Rp 6600 untuk premium. Naik dan turunnya harga minyak ini dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang juga merosot.
Apalagi, negara besar banyak yang mengeluarkan cadangan minyaknya hingga tak terkontrol untuk digunakan membuat senjata. Saat ini, harga minyak dunia merosot tajam, hingga 50 dolar AS per barel. Padahal sebelumnya, terendah harga minyak dunia mencapai 70-80 dolar AS per barel.
Dia juga menyampaikan, jika konsumsi minyak saat ini tetap stabil, walau harga minyak sempat naik turun. Menurutnya, pengawasan terhadap migas menjadi ranah pemerintah daerah. Untuk diketahui, jumlah SPBU di Provinsi Jambi menurut data terakhir berjumlah 64 SPBU. ‘‘Namun ada yang belum melapor ke kita yang baru dibangun seperti di Kerinci ada 1 SPBU dan di Bungo 2 SPBU,’‘ ungkapnya.
Sementara pihak Pertamina belum bisa dimintai keterangannya terkait hal ini. Hasriansyah, salah satu penanggung jawab masalah BBM di Pertamina yang berusaha dikonfirmasi tak menjawab panggilan via ponsel. Bahkan, pesan singkat yang dikirimkan juga yak mendapatkan jawaban hingga berita ini diturunkan.