Hanya Tumbuh 16 Persen
JAKARTA- Iklim politik yang tidak kondusif di tanah air terbukti memengaruhi performa investasi di tanah air. Sepanjang masa pilihan presiden (pilpres) tahun lalu, pertumbuhan realisasi investasi merosot.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi pada 2014 mencapai Rp 463,1 triliun atau tumbuh 16,18 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka pertumbuhan tahun lalu jauh lebih rendah ketimbang 2013 yang tembus 27,2 persen (yoy).
\"Kalau dilihat tren 2014, memang proses (investasi) masih wait and see. Sepanjang 2014, lonjakan realisasi dari kuartal ke kuartal tidak begitu besar,\" ungkap Kepala BKPM Franky Sibarani di kantornya kemarin (28/1).
Ketika terjadi eskalasi politik, investor memang cenderung enggan menanam duitnya di Indonesia. Mereka memilih menunggu situasi tenang dan stabil untuk bisnis jangka panjang. Misalnya, pada periode Pilpres 2009, rapor realisasi investasi malah merah alias anjlok 12 persen. Yakni, dari Rp 154,19 triliun pada 2008 menjadi hanya Rp 135 triliun pada 2009. Lantas, pada 2010, realisasinya melonjak lagi 54,4 persen menjadi Rp 208,5 triliun.
Franky memastikan pada 2015 kembali terjadi reversal atau pembalikan tren investasi ke arah positif. \"Melihat realisasi investasi 2014, kami optimistis target 2015 yang dipatok Rp 519,5 triliun bisa terpenuhi,\" ujarnya. Dia memerinci, untuk 2015 target penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 175,8 triliun. Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) masih mendominasi Rp 343,7 triliun.
Di samping itu, dia meyakini dengan stabilnya makroekonomi, investor tidak lagi enggan menginvestasikan kembali modalnya. Misalnya, memilih menggunakan modal untuk memperluas bisnis di tanah air. \"Kami yakin pada 2014 reinvestasi bakal naik 10 persen. Karena kami sudah meningkatkan fasilitas investasi, misalnya dengan PTSP (pelayanan terpadu satu pintu),\" terangnya.
Merujuk konsolidasi data BKPM, sepanjang 2014 PMDN mencapai Rp 156,1 triliun atau meningkat 21,8 persen (yoy). Sementara itu, PMA tercatat Rp 307,0 triliun atau naik 13,5 persen (yoy). Realisasi PMDN berdasar sektor usaha terbesar adalah listrik, gas, dan air Rp 36,3 triliun. Yang lainnya adalah industri makanan Rp 19,6 triliun serta sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 15,7 triliun.
Di sisi lain, realisasi PMA berdasar sektor usaha terbesar adalah pertambangan USD 4,7 miliar. Industri makanan menyumbang USD 3,1 miliar, disusul transportasi, gudang, dan telekomunikasi USD 3,0 miliar.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis menyatakan telah mengidentifikasi sejumlah perusahaan PMA dan PMDN yang mengalami hambatan atau masalah dalam tahap realisasi investasi. \"Yang menyampaikan minat bisa sampai ribuan triliun. Tapi, karena ada debottlenecking, realisasinya tidak maksimal,\" terangnya.
(gal/c6/oki)