Tanda Bintang untuk Hemat Energi

Kamis 29-01-2015,00:00 WIB

ESDM Bikin Label Produk

JAKARTA-Kebingungan saat mencari produk hemat energi bakal jadi cerita lama. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan label hemat energi berbentuk bintang di berbagai produk elektronik. Makin banyak bintangnya, berarti produk itu makin hemat energi.

Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Maritje Hutapea saat ditemui kemarin mengatakan perlengkapan rumah tangga adalah sasaran label hemat itu. Mulai dari lampu, kulkas, rice cooker, kipas angin, sampai pendingin udara. \"Tanda bintangnya dari satu sampai empat,\" terangnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, bintang empat adalah barang yang komponennya paling hemat energi. Sedangkan bintang satu adalah yang paling boros. Tanda itu perlu segera ditempel di produk karena masyarakat tidak lagi menerapkan pola hemat listrik.

Padahal, rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik tiap tahunnya mencapai 9 persen. Kelangkaan listrik bisa terjadi lebih cepat kalau masyarakat tidak hemat listrik. Apalagi, proyek pembangunan pembangkit yang dilakukan PT PLN maupun Independen Power Producer (IPP) membutuhkan waktu lama.

Regulasi tersebut bukan sekadar wacana. Maritje menyebut tinggal menunggu ditandatanganinya Peraturan Menteri (Permen) ESDM. Kemungkinan besar, dalam satu atau dua minggu Permen itu sudah berlaku. Setelah itu, produsen diberi waktu untuk memberi label hemat sampai 1 Juni 2016.

\"Tanpa label, barang di pasar akan ditarik dan tidak boleh impor,\" tegasnya. Pihaknya mengaku sudah melakukan koordinasi dengan Bea Cukai untuk menjalankan program itu.

Selain menggandeng Bea dan Cukai, Maritje mengatakan ada komunikasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Tujuannya, untuk mencari kemungkinan ada tidaknya intensif bagi pembeli. Terutama, produk dengan bintang empat yang harganya lebih mahal.

Seperti soal pendingin udara. Sudah ada pergeseran kalau air conditioner tidak lagi identik dengan rumah mewah. Kini, sudah banyak yang pakai dan membuat beban listrik bertambah. Label itu akan memaksa produksi AC yang lebih hemat energi. \"Misalnya, beli AC berbintang 4 mendapat voucher listrik,\" jelasnya.

Program itu bukan tanpa hambatan. Menurut perempuan yang sudah berkecimpung di energi terbarukan sejak 1984 itu menyebut harga adalah musuh utama. Masyarakat lebih cinta harga murah ketimbang produk hemat energi yang relatif lebih mahal. Dalam sosialisasi nanti, pemikiran seperti itu harus diubah.

Memang, saat belanja barang berlabel hemat energi terasa mahal. Para sales promotion nanti diberitahukan keuntungan produk berbintang untuk disampaikan ke calon pembeli. \"Hemat baru terasa saat bayar tagihan listrik,\" pastinya.

(dim/tia)

Tags :
Kategori :

Terkait