Harga BBM Batal Turun

Selasa 17-02-2015,00:00 WIB

BOGOR - Kabar gembira bakal turunnya harga BBM jenis premium dan solar, rupanya tak terealisasi. Potensi tren naiknya harga minyak dunia membuat pemerintah membatalkan penurunan harga BBM.Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah sudah mencermati pergerakan harga minyak sepanjang dua pekan pertama Februari ini, untuk menentukan harga premium dan solar dua pekan terakhir Februari. \"Hasilnya (harga) tetap,\" ujarnya di Istana Bogor kemarin (16/2).

Bambang mengakui, setelah sempat dalam tren turun sepanjang awal Januari lalu, harga minyak saat ini cenderung fluktuatif. Meski demikian, pemerintah tidak akan terlalu reaktif mengubah-ubah harga BBM. \"Kita hitung dengan cermat,\" katanya.

Sebelumnya, rencana penurunan harga premium dan solar pada pertengahan Februari ini disampaikan oleh Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi Jumat lalu (13/2). Menurut dia, hingga pekan lalu, pemerintah masih optimistis bisa kembali menurunkan harga BBM. \"Nanti turun, sekarang masih dihitung (berapa penurunannya),\" ucapnya.

Setelah menaikkan harga BBM jenis premium dan solar Rp 2.000 per liter pada 18 November 2014 lalu, pemerintahan Jokowi - JK lantas menurunkan harga premium dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600 per liter dan solar dari Rp 7.500 menjadi Rp 7.250 per liter pada 1 Januari 2015.

Lalu, harga minyak dunia merosot tajam sepanjang Januari sehingga pada 19 Januari lalu pemerintah kembali menurunkan harga premium ke Rp 6.600 per liter dan solar menjadi Rp 6.400 per liter. Fluktuatifnya harga minyak dunia membuat pemerintah memutuskan untuk mengevaluasi harga BBM tiap dua pekan sekali. Kini, harga minyak dunia memang kembali merangkak naik. Akhir pekan lalu, harga minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak 4,6 persen ke level USD 51,21 per barel. Adapun minyak jenis Brent naik 4,1 persen ke USD 57,05 per barel.

Meski menunjukkan kenaikan signifikan pada Jumat lalu, Bambang Brodjonegoro menyatakan jika pemerintah juga tidak akan terburu-buru menaikkan harga BBM. Karena itu, dia meminta semua pihak untuk tetap tenang. \"Jangan ada yang spekulasi,\" katanya.

Terpisah, Direktur Pemasaran PT Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, harga jual BBM belum diturunkan karena ada beberapa faktor. Salah satunya, harga minyak yang terus menguat. Kalau dipaksakan naik, tentu saja bisa merugikan. \"Justru harusnya harga naik. Tapi, masih tunggu arahan pemerintah,\" katanya.

Dia memang berharap agar tidak ada perubahan harga BBM terlebih dahulu, terutama solar. Alasannya, Pertamina dengan harga jual saat ini yakni Rp 6.400 masih merugi. Tiap liternya, perusahaan pelat merah itu tekor Rp 351. Padahal, harga jual itu sudah dibantu dengan subsidi Rp 1.000.

\"Kerugian disebabkan oleh solar yang memakai produk kilang dalam negeri,\" terangnya. Berbeda dengan premium, beban solar lebih besar. Dia berharap pemerintah bisa memperhatikan Pertamina yang terus merugi sejak 2009 - 2014 dalam mengurus BBM bersubsidi.

(owi/dyn/dim)

Tags :
Kategori :

Terkait