26 Kelompok Radikal Asia Tenggara Terafiliasi ISIS

Selasa 24-03-2015,00:00 WIB

 Sebagian Besar Kelompok Radikal di Indonesia

JAKARTA-  Ancaman ISIS tidak hanya mengancam Indonesia, namun juga Asia Tenggara. Dideteksi ada 26 kelompok radikal yang berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah dibaiat, serta menyatakan dukungan pada ISIS. Yang mengkhawatirkan, sebagian besar kelompok radikal berasal dari Indonesia.\"

       Sesuai data Pakar Terorisme Internasional Prof Rohan Gunaratna, di Indonesia memiliki 18 kelompok radikal. 15 diantaranya, diprediksi telah dibaiat oleh pemimpin ISIS Abu Bakar al-?Baghdadi. Tiga diantaranya, telah menyatakan dukungannya pada organisasi tersebut.

       Lalu, di Filipina terdapat tiga kelompok, dua diantaranya mendukung isis dan satu diantaranya telah dibaiat. Sedangkan di malaysia, ada lima kelompok radikal yang menyatakan dukungannya ke isis.\"Total, ada 26 kelompok di tiga negara tersebut yang terafiliasi dengan ISIS.

       Guru Besar Kajian Keamanan Universitas Nanyang Singapura Rohan Gunaratna menjelaskan, dengan begitu persoalan ISIS ini bukan hanya masalah Indonesia, namun hampir sampai tingkatan Asia Tenggara. Terutama, Indonesia, Malaysia dan Filipina. \"Ada kelompok yang telah menyatakan dibaiat dan ada yang sekedar mendukung,\" ujarnya.

       Kemungkinan besar puluhan kelompok itu bisa dibaiat dan mendukung ISIS melalui berbagai cara, selain rekrutmen langsung. ISIS juga menggunakan teknologi modern, melalui internet. Bisa jadi, melalui skype atau media sosial lainnya. \"Komunikasi kelompok ini dengan ISIS cukup intens,\" paparnya.

       Sejauh ini, untuk peran kelompok-kelompok radikal yang terafiliasi dengan ISIS masih sekedar melakukan rekrutmen dan mengumpulkan dana. Namun, perkembangan selanjutnya yang bisa dikhawatirkan. \"Semua itu mengarah pada keinginan untuk membuat negara,\" terangnya.

       Sementara Wakapolri Komjen Badrodin Haiti menjelaskan, sejauh ini penyelidikan kasus ISIS di Indonesia masih menyoal perekrutan, pembiayaan dan propaganda. Artinya, belum sampai ke kelompok mana saja yang telah terafiliasi dengan ISIS. \"Namun, hal tersebut menjadi acuan,\" paparnya.

       Lalu, dengan penangkapan dan penggerebekan yang dilakukan dua hari lalu, Polri berupaya untuk bisa mengungkap seberapa besar rekrutmen yang terjadi di Indonesia. Selama ini ada angka 50 hingga ratusan. Jumlah itu harus dipastikan terlebih dahulu. Bisa jadi, nantinya upaya menyelidiki rekrutmen ISIS ini mengarah ke kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.

       \"Semua masih dalam penyelidikan, tidak bisa diungkap detilnya,\" tegasnya ditemui setelah acara International Conference on Terorism and ISIS di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta kemarin (23/3)

       Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengalami kekhawatiran yang sama terkait ISIS. Dia menjelaskan, saat ini pasukan ISIS telah mencapai 20 ribu orang. Mereka berasal dari sekitar 80 negara. \"Tentunya, ada juga yang berasal dari Indonesia,\" terangnya.

       Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa ISIS merupakan gerakan radikal yang berbahaya. Hal tersebut bisa merongrong negara jika dalam keadaan yang sedang lemah. Dengan begitu, Indonesia harus menjadi negara yang lebih kuat. \"Ibaratnya, kalau badan lemah itu mudah untuk terkena penyakit,\" tuturnya.

       Lalu, bagaimana melawan radikalisme ISIS tersebut? Jusuf Kalla menjelaskan, untuk melawan pemikiran juga harus dilawan dengan pemikiran. Melawan dengan penegakan hukum selama ini terbukti kurang ampuh. Karena itu, bisa dengan keduanya, baik pemikiran dan penegakan hukum. \"Kombinasi keduanya haruslah dilakukan,\" jelasnya.

       Sementara Pakar Kajian Timur Tengah Azyumardi Azra menuturkan, keadaan negara yang lemah sebenarnya bisa dijadikan sebagai alat untuk ISIS berkembang. Misalnya, adanya kegaduhan politik, kesenjangan ekonomi dan masalah hukum yang terjadi di Indonesia belakangan ini. \"Semua itu bisa digunakan ISIS untuk merongrong Indonesia,\" terangnya.

       Salah satu caranya, dengan memanfaatkan masalah ekonomi dan kegaduhan politik itu menjadi daya tawar agar seseorang mau untuk bergabung dengan ISIS. \"Masalah ekonomi dan politik yang tidak stabil bisa membuat orang menjadi tidak puas,\" tegasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait