JAKARTA- Anggota Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra mengaku pemberian beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa melalui Program Indonesia Pintar (PIP) oleh Pemerintah Pusat dinilai tidak memotivasi pelajar berprestasi. Ini disebabkan tidak adanya mekanisme seleksi yang jelas dan terukur.
“Ini membuat gairah pelajar juga kurang terhadap program ini. Temuan kita di daerah, penerima kartu PIP tidak memiliki kebangaan sebagaimana lazimnya jika kita menerima beasiswa. Bagaimana mau bangga, siapa saja bisa menerima,” ujar Politisi Gerindra yang dikonfirmasi Jambi Ekspres (18/10) kemarin.
Artinya, tidak ada perbedaan antara pelajar berprestasi dan tidak berprestasi. SAH menilai program ini salah sasaran dan melenceng dari tujuan.
“Niat awal program ini untuk membantu pelajar dalam proses pembelajaran, dana yang dikasih digunakan untuk les belajar tambahan, beli buku, tablet ataupun menunjang biaya hidup. Tapi temuan kita di lapangan dana yang diterima digunakan untuk beli hp, pulsa, kredit motor, menonton bioskop, karaoke, ini terjadi karena pemerintah tidak memilki mekanisme pengawasan ketika dicairkan,” jelasnya.
Kata dia, akar dari masalah ini akibat proses seleksi dan evaluasi profil siswa calon penerima yang lemah. Untuk itu ia di Komisi X mengusulkan ada mekanisme pengawasan terhadap pengunaan dana kartu PIP. Ada proses penilaian efektivitas dana yang diterima bagi kemajuan proses pembelajaran.
“Jangan seperti temuan kita di daerah, penerima PIP ada yang putus sekolah, artinya PIP gagal memotivasi orang untuk sekolah,” pungkasnya.
(dez/adv)