Kepolisian Prancis menyatakan bahwa aksi teror yang memaksa Hollande memberlakukan status darurat tersebut dilancarkan oleh 15 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak tujuh pelaku tewas meledakkan diri, tujuh yang lain telah diamankan dan satu lainnya buron. Tapi, intelijen Belgia menyebut jumlah pelaku 20 orang. Artinya, jumlah buron masih enam orang.
Kemarin, Prancis menyatakan bahwa paspor Syria atas nama Ahmad Almohammad itu palsu. Portal berita Yunani menemukan dua tiket feri atas nama Ahmad Almohammad dan Mohammed Almohammad. Feri dari Kalymonos itu transit di Pireus sebelum mencapai Athena. Di tujuan terakhir, Ahmad Almohammad mencantumkan sidik jarinya di konter imigrasi.
‘’Paspor itu palsu. Bisa jadi, ini memang palsu atau dokumen asli yang disalahgunakan,’’terang intelijen Amerika Serikat (AS) kepada CBS. Nama dan foto pada paspor itu tidak cocok. Angka seri paspor Syria di dokumen itu pun salah. Tapi, berdasar keterangan Yunani tentang sidik jari, pemerintah Prancis bisa mencocokkan sidik jari itu dengan sidik jari pelaku.
Sementara itu, tentang Ismael Omar Mostefai, polisi Prancis yakin bahwa pelaku menjalani pelatihan teroris di kamp Syria. Diduga, dia melakukan pelatihan pasca 2013, setelah masuk Syria lewat Turki. Dia kembali ke Prancis pada 2014. Pria 29 tahun yang telah berubah radikal itu lantas terlibat dalam serangkaian aksi kejahatan.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve melaporkan bahwa polisi telah melakukan razia di 168 lokasi berbeda di seantero Prancis. Dalam razia itu, sedikitnya 104 orang dijadikan tahanan rumah. Sedangkan, temuan penting dalam razia itu terjadi di Kota Lyon. Di sana, polisi menemukan gudang senjata.
Saat ini, polisi telah mengamankan lima orang di Lyon. Tapi, tidak ada indikasi bahwa senjata-senjata itu merupakan bagian dari teror Paris. Maka, Perdana Menteri (PM) Manuel Valls mengimbau warga untuk tetap waspada. Sebab, mungkin, masih ada serangan-serangan lain yang sedang dipersiapkan untuk meneror Prancis.
‘’Kami telah melancarkan serangan besar-besaran di Syria. Dalam hitungan hari atau pekan, mungkin akan ada serangan balasan lagi,’’ujar Valls. Dia pun meminta warga siaga. Demikian juga negara-negara sekutu Prancis di Eropa. Namun, terkait hal tersebut, dia juga mengaku telah menyiagakan aparat keamanan dan kepolisian.
‘’Prancis menjadi target bukan hanya karena keterlibatan kami di Syria. Tapi, kami menjadi target karena kami Prancis. Kami menjunjung tinggi sekularisme dan kesetaraan umat manusia,’’papar Valls lebih lanjut. Kemarin, pasukan Prancis melancarkan serangan di sarang ISIS dengan melibatkan 12 pesawat dan 10 jet tempur yang menjatuhkan sedikitnya 20 bom.
(theindependent/destandaard/hep)