SAH Sorot Rendahnya Minat Baca

Kamis 19-11-2015,00:00 WIB

JAKARTA - Salah satu faktor rendahnya minat baca dikalangan masyarakat bisa jadi disebabkan pola edukasi dan pergaulan yang terbiasa menggunakan tradisi lisan dibanding membaca.

Hal ini diungkap Anggota DPR RI Sutan Adil Hendra (SAH) ketika diminta tanggapan tentang pencanangan kembali gerakan gemar membaca secara nasional kemarin.

Menurut salah satu tokoh di Komisi X DPR RI tersebut, budaya lisan masyarakat Indonesia sangat kuat. “Dari kecil kita terdidik menyampaikan komunikasi verbal untuk berinteraksi satu sama lainnya. Ini dibuktikan keragaman bahasa adat di Indonesia mencapai 1000 lebih bahasa daerah,” ujar SAH.

Sedangkan mengenai permasalahan rendahnya minat baca masyarakat, SAH mengatakan karena masyarakat tidak pernah memfasilitasi kekayaan tradisi lisan tadi dengan tradisi membaca, menalar serta menulis. Sehingga menurutnya gerakan gemar membaca harus dilakukan terus menerus dalam beberapa dekade ke depan oleh semua kalangan. Baik itu pemerintah dan masyarakat dalam satu kesadaran yang lebih fundamental.

“Karena semestinya budaya lisan harus bersumber dari tradisi membaca, bukan hanya sekedar improvisasi logika dan analitik lingkungan saja. Ini bedanya tradisi lisan kita dengan bangsa Eropa misalnya, mereka bisa bicara setelah membaca, sedangkan kita bicara tapi tak mau membaca,” ujar  SAH berseloroh.

Untuk mengikis kebiasan ini, SAH mengatakan Komisi X DPR dan Badan Perpustakaan nasional sedang menginventarisir faktor penyebab secara sfesifik di tingkat daerah pada semua karakteristik masyarakat.

“Dari pemetaan ini kita bisa menyusu program yang tepat di semua kelompok sasaran dalam menumbuh kembangkan minat baca baik itu di jalur formal pendidikan, organisasi, komunitas, daerah, suku ataupun kelompok lainnya. DPR siap membantu badan perpustakaan untuk menjadi leading sektor gerakan ini,” pungkas Ketua DPD Gerindra Jambi ini.

(dez/adv)

Tags :
Kategori :

Terkait