Dalang Teror Paris Teridentifikasi

Jumat 20-11-2015,00:00 WIB

 

 Meski pernah berkunjung, Imang mengungkapkan, Frederick tidak pernah lama-lama di tempatnya. Apalagi sampai menginap. Sebab, dalam empat kali kunjungan, Frederick tidak pernah tinggal lebih dari sejam. Namun, menurut Imang, Frederick pernah datang bersama keluarganya. Yakni, istri dan dua anak perempuannya yang berumur sekitar 7 dan 5 tahun.

 

 Imang mengungkapkan, dalam kunjungannya yang keempat itu, Frederick juga sempat minta izin untuk pulang ke Maroko karena istrinya berasal dari negara tersebut. Sejak itu, Frederick tidak pernah datang kembali ke Ponpes Al-Jawami. Memberikan kabar pun tidak pernah. ‘‘Memang saat akan pulang dia sempat menawarkan kendaraannya jenis Mitsubishi Galant tahun 1980-an untuk dijual ke saya. Tapi, saya tolak karena saya sudah memiliki kendaraan,’‘ tutur Imang yang juga Kades Cileunyi Wetan pada 1990-an itu.

Dia menjelaskan, Frederick yang berperawakan tinggi kurus dengan janggut tipis tidak pernah mengenyam ilmu di ponpes miliknya. Saat itu dia hanya ingin mengetahui ilmu agama. Sekaligus bertanya bagaimana pola pendidikan yang diterapkan di Ponpes Al-Jawami.

 Karena Frederick adalah tamu, Imang merasa harus menerimanya dengan baik. ‘‘Saya pun tidak pernah berpikir orang itu ternyata merupakan target polisi yang terlibat aksi teror,’‘ tegasnya.

 Kunjungan Frederick ke Al-Jawami juga diketahui Sutrisno, tokoh masyarakat setempat. Saat Frederick berkunjung, Sutrisno sedang mengikuti pengajian di Ponpes Al-Jawami. Seseorang yang mengantar Frederick saat itu mengatakan bahwa temannya ingin menimba ilmu Islam lebih dalam. Namun, karena tidak bisa berbicara bahasa Indonesia dan Arab, Frederick dan temannya langsung izin untuk kembali pulang.

 Sementara itu, Munir, seorang santri Ponpes Al-Jawami, memaparkan bahwa sehari-hari dirinya dan 380 santri lain tidak lepas dari kegiatan keagamaan. Sebab, setiap hari semua penghuni ponpes selalu mengaji bersama. Itu dilakukan setiap subuh, sore, dan malam.

 Semua hal yang dilakukan di ponpes tidak memiliki hubungan sedikit pun dengan terorisme. Apalagi sampai belajar merakit bom. Di Ponpes Al-Jawami, semua santri hanya belajar agama untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa. Hampir semua santri yang mondok di Ponpes Al-Jawami merupakan mahasiswa yang kuliah di sekitar Bandung dan Jatinangor. ‘‘Kegiatan keseharian kami tidak lepas dari pengajian,’‘ jelas Munir yang juga mahasiswa UIN Bandung itu.

(AFP/BBC/Reuters/hep)

Tags :
Kategori :

Terkait