JAKARTA - Laju inflasi diperkirakan berkisar 0,2 persen. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo menjelaskan bahwa proyeksi tersebut berdasar penghitungan hingga minggu ketiga November. \'Ada unsur inflasi dan ada juga yang deflasi,\' ujarnya di kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin (27/11).
Agus mengungkapkan, komoditas yang diproyeksikan menjadi penyumbang inflasi November, antara lain, beras dan daging meski ada pula yang memberikan kontribusi pada deflasi.
\'Saya tidak ingat deflasinya. Saya cuma ingat yang berkontribusi terhadap inflasi. Sampai terakhir memang masih 0,16 persen, tapi minggu ketiga kayaknya sudah 0,2 persen,\' jelas Agus.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Oktober 2015 terjadi deflasi 0,08 persen. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menuturkan bahwa deflasi itu dipicu turunnya harga kebutuhan bahan makanan. Deflasi pada Oktober juga terjadi pada September. Namun, menjelang akhir tahun atau periode November dan Desember, inflasi diprediksi kembali terjadi. \'November dan Desember kalau tidak ada upaya khusus, sulit untuk deflasi karena saat itu musim inflasi tinggi,\' ungkap dia.
Sasmito menambahkan, laju inflasi bisa kurang dari 4 persen plus minus 1 persen pada akhir tahun. Apalagi, inflasi Januari-Oktober 2015 baru tercatat 2,16 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) 6,25 persen.
\'Dampak kenaikan harga BBM pada November 2014 akan hilang. Jadi, inflasi bisa sekitar 4 persen atau ke bawah sedikit. Tapi, ada yang harus diwaspadai seperti harga beras, tarif listrik, dan tarif angkutan pada November dan Desember,\' tutur Sasmito.
Pada November 2014, inflasi tercatat relatif tinggi atau mencapai 1,5 persen sebagai akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
(dee/c14/tia)