MUARASABAK - Hingga saat ini angka putus sekolah di Tanjabtim masih sering terjadi. Baik itu faktor ekonomi, faktor ketidak mampuan pada anak,pernikahan dini masih menjadi faktor sering terjadinya putus sekolah. Hal ini terbukti dengan jumlah rata-rata lama sekolah selama 6,29 tahun. \"Angka ini jauh tertinggal bila di bandingkan dengan rata-rata lama sekolah di tingkat provinsi,\" ujar Kabid PTK Diknas Tanjabtim, Meiherryansyah.
Dikatakannya, dari angka rata rata lama sekolah di Tanjabtim 6,29 tahun tentunya cukup jauh dari kebijakan wajib belajar nasional yakni 9-12 tahun. Seperti halnya saat ini saja rata-rata yang berusia 15 tahun keatas masih duduk di bangku kelas satu SMP. \"Selain itu pula banyak warga di pedalaman yang tidak peduli dengan pendidikan tinggi,\" jelasnya.
Dengan demikian tentunya rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indikator dari penentuan Indek Pembangunan Manusia (IPM). \"Dan IPM ini sendiri di tanjabtim masih dikategorikan rendah,\" bebernya.
Ditambahnya, dengan persoalan IPM rendah,sampai saat ini juga masih ditemukannya warga buta huruf. Dan rata-rata warga berusia 40 tahun keatas tidak bisa baca tulis. \"Karena memang tidak sekolah dan tidak tamat SD,\" terangnya.
Menyikapi hal itu, Dinkas terus berupaya menempuh berbagai upaya. Diantaranya, dengan meningkatkan waktu rata-rata lama sekolah penduduk. Dengan harapan dapat meningkatkan IPM dalam sektor pendidikan. \"Salah satunya dengan memperkecil angka putus sekolah dan meningkatkan jumlah angka peserta didik di pedalaman,\" tandasnya.
(oni)