JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta perbankan terus melakukan inovasi untuk meningkatkan penyaluran kredit. Salah satunya dengan menciptakan produk baru, student loan atau kredit pendidikan.
Jokowi menyatakan, kredit tidak hanya digunakan untuk kebutuhan konsumsi seperti kendaraan dan properti. Namun, juga untuk meningkatkan kapasitas diri. ”Tolong ini dipelajari. Sekali lagi, pindah dari yang konsumtif, masuk ke hal-hal yang sangat produktif,” katanya kepada para pimpinan bank di Istana Negara, Jakarta, kemarin (15/3).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu heran, mengapa perbankan di Indonesia tidak tertarik pada kredit pendidikan. Padahal, dari aspek bisnis, kredit pendidikan juga memiliki keuntungan yang besar bagi perbankan.
Di Amerika misalnya, jumlah kredit pendidikan mencapai USD 1,3 Triliun. Jumlah itu jauh lebih besar dari total pinjaman kartu kredit di sana yang hanya USD 800 Miliar. ”Kaget saya membaca itu,” ucap Jokowi.
Oleh karenanya, dia berharap bank-bank di Indonesia mulai melirik pangsa pasar di sektor pendidikan. ”Karena kalau tidak berinovasi nantinya orang akan ambil. Itu pasti,” tuturnya mengingatkan.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo menyambut baik. Pihaknya pun tertarik untuk merealisasikannya. Meski tidak dalam waktu dekat.
Saat ini, Kartiko melihat mobilitas mahasiswa sangat tinggi menjadi tantangan tersendiri. Banyak mahasiswa mengambil kuliah di luar kota. Imbasnya, bisa muncul administrasi kependudukan. Sebab, salah satu pertimbangan pemberian kredit adalah lokasi kreditor.
”Mahasiswa ini kan pindah-pindah. Untuk itu nanti kami coba gagas,” ujarnya.
Agar program tersebut bisa direalisasikan, diperlukan sistem kependudukan yang benar-benar digital. ”Di Indonesia, identifikasi masyarakat tidak secara elektronik, jadi kadang-kadang perpindahan penduduknya susah,” imbuhnya.
Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, saat ini sebetulnya sudah ada kredit pendidikan. Hanya saja, saat ini bersifat umum dalam bungkus kredit tanpa agunan. ”Cuma itu umum nih, bisa dipake apa-apa. Nanti mungkin bisa kita buat skim kredit khusus,” ujarnya.
Wimboh menambahkan, pihaknya akan segera menindaklanjuti permintaan presiden. Terkait skemanya, nanti akan diumumkan. Namun, dia menegaskan, untuk kredit pendidikan, bunganya akan sangat rendah.
Inisiasi adanya kredit bagi pelajar atau mahasiswa disambut baik oleh pengamat pendidikan Indra Charismiadji. Menurutnya, gagasan ini suatu langkah yang bagus. Tinggal teknis implementasnyanya dibahas bersama. Supaya lebih diterima kalangan mahasiswa. ’’Misalnya jangan pakai debt collector,’’ tuturnya.
Dengan adanya dana pinjaman untuk kuliah tersebut, bisa mendorong peningkatan minat masyarakat untuk berkuliah. Sebab mereka tidak dibebani biaya pendidikan saat masih studi. Selain itu anggaran pemerintah yang selama ini dikonsentrasikan untuk memperluas akses, bisa digeser untuk peningkatan mutu pendidikan tinggi.
Indra mengatakan manfaat dari adanya student loan itu juga bisa ikut berkontribusi menekan angka pengangguran berijazah sarjana. ”Peserta student loan tidak bisa santai-santai setelah lulus,’’ katanya. Sebab dia memiliki tanggungan hutang kepada perbankan. Dia dituntut harus bekerja supaya bisa mulai mengangsur tanggungan hutangnya.
Menurut Indra student loan ini bisa jadi bunganya lebih rendah dibandingkan kredit tanpa agunan (KTA). Di dalam skema student loan, ijazah mahasiswa yang mengambil hutang akan ditahan sampai dia bisa melunasi hutangnya.