Wiwik Sumbawati, Tulang Punggung Kesehatan di kaki Tambora

Senin 28-05-2018,00:00 WIB

BERTUGAS di tempat terpencil mendatangkan banyak cerita dan berkah bagi bidan Wiwik Sumbawati. Dia bak pahlawan bagi warga yang bermukim di desa-desa di kaki Gunung Tambora. Karena itu, urusannya bukan cuma soal ibu hamil. Melainkan menangani dan meresepkan obat bagi penyakit-penyakit keseharian masyarakat lainnya.

FATIH KUDUS JAELANI, DOMPU

SEHABIS berbuka puasa, Bidan Wiwik meminta izin kepada suaminya untuk melaksanakan ibadah Salat Magrib lebih dulu.

“Kalau ada yang datang, minta tunggu sebentar ya,” katanya kepada Doriwanto, suaminya.

Sang suami, yang juga Kepala Desa Kadindi pun mengangguk. Sebelum berwudu, Wiwik masuk ke dapur dan keluar membawa buah melon. Ia tidak berkata-kata, tetapi senyum ramahnya mengisyaratkan kepada Lombok Post untuk segera mencoba buah segar berwarna oranye itu. Kepala desa pun membantu istrinya.

“Mari dimakan dulu buahnya,” kata Anto.

Tak lama kemudian, terdengar ada yang mengucapkan salam. Tak salah lagi, mereka adalah warga yang merupakan pasien bidan Wiwik. Bidan Wiwik yang sudah selesai menjalankan ibadah Salat Magrib segera meminta pasiennya masuk.

Di halaman rumah Kepala Desa Anto, terdapat tiga buah kamar. Kamar yang berada di tengah merupakan tempat Bidan Wiwik memeriksa dan mengobati pasiennya. Sementara dua kamar yang mengapit tempat praktik tersebut merupakan kamar yang memang sudah disediakan Anto untuk tamu-tamunya. Lombok Post pun menginap di salah satu kamar tersebut.

Setelah Salat Magrib, Lombok Post berbincang dengan beberapa pasien Bidan Wiwik yang sekarang sudah menjadi Koordinator Bidan di Kecamatan Pekat. Beberapa pasien tentu mau diajak ngobrol, hitung-hitung mengurangi rasa lama di bangku antre. Salah satu warga yang berobat itu bernama Supardin. Ia mengatakan dari dulu sampai sekarang hanya Wiwik yang dipercaya untuk menyembuhkan sakitnya.

“Tidak bisa digantikan. Soalnya beda cara nyuntiknya,” kata Supardin sembari memperagakan cara memasukkan jarum ke tubuh manusia.

Tentu cara menyuntik semua tenaga medis di dunia ini sama. Tidak ada yang berbeda. Akan tetapi apa yang dikatakan Supardin merupakan sugesti yang ia bangun sendiri. Penyebabnya kepercayaan tadi.

“Soalnya saya selalu mengajak mereka bercanda. Jadi mereka merasa nyaman berobat ke saya,” kata Wiwik mengomentari kata Supadin.

Selain asyik, faktor jam terbang juga menjadi alasan warga desa Kadindi untuk menanam kepercayaan padanya. Meski kini ia sudah tugas di kota kecamatan. Salah seorang pasien lainnya mengatakan, ia akan menunggu Bidan Wiwik, kapan pun ia ada di rumahnya. Selalu seperti itu.

Di bulan Ramadan, setelah berbuka, hampir setiap malam ia kedatangan pasien. “Biasa, penyakit karena perubahan pola makan. Biasanya mual dan muntah,” kata Wiwik.

Wiwik sendiri sudah dari puluhan tahun lalu tidak hanya menangani persoalan ibu hamil. Akan tetapi hampir semua penyakit yang diderita warga. Ia tentu bisa. Sebab pendidikan pertama sebelum menempuh pendidikan kebidanan, dia menempuh pendidikan di Sekolah Perawat Kesehatan, sekolahnya para mantri. Sampai sekarang, sebagai Bidan di Kecamatan, pekerjaan utama Wiwik adalah berusaha mengurangi angka kematian bayi di kecamatan Pekat. Di mana musuh utamanya adalah pernikahan di usia dini.

Tags :
Kategori :

Terkait