- Ridwan/Jambi Ekspres
JAMBI – Gorong-gorong dan Jalan Prof. DR. S. Brojonegoro Kota Jambi longsor sejak 3 bulan terakhir. Kini kondisinya masih dibiarkan. Belum ada tanda-tanda perbaikan. Hanya dipasang garis pembatas.
Setiap hari kondisi tanah dibawah jalan yang longsor tersebut semakin memprihatinkan. Air hujan yang turun, mengalir ke bawah menuju tanah bekas longsor. Warga sekitar merasa cemas, jika longsor semakin lebar.
Vivi, salah satu warga yang tinggal dikawasan tersebut mengatakan, pemerintah sangat lamban dalam menangani hal tersebut. Longsor sudah terjadi sejak 3 bulan terakhir, namun hingga kini belum ada perbaikan.
“Dibawah jalan itu ada permukiman warga. Kalau hujan, airnya mengalir ke sana. Kalau longsor lagi, pemukiman di bawah itu bakal tertimbun,” imbuhnya.
Lebih lanjut Vivi menyebutkan, longsor itu juga menghambat aktifitas pengguna jalan. Sebab tidak ada rambu yang menerangkan ada longsor di bahu jalan.
“Kedalamannya mencapai 20 meter. Khwatir pengendara ikut terprosok,” ujarnya.
Sementara Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat (PUPR) Provinsi Jambi, Harry Andria mengatakan, longsor di Simpang Tanjung itu menjadi tanggung jawab Pemprov Jambi. Perencanaan penanggulangan sementara baru selesai.
“Yang jelas kami sudah siapkan perencanaan penanganan sementara. Akan mulai dikerjakan minggu ini, paling lambat minggu depan,” katanya.
Harry menyebut, nantinya penanganan kerusakan tersebut akan menggunakan sistem swakelola antara Bidang Bina Marga Dinas PUPR Provinsi Jambi dengan UPTD Alkal Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) IV Jambi. Sehingga, tidak membutuhkan anggaran yang besar untuk penanganan sementara.
“Alat dari kita, material, tenaga, serta pengerjaan kita yang laksanakan dengan UPTD Alkal. Secara teknis, pelaksanaan ada di bawah Bina Marga. Penanganan sementara ini berupa menempatan kantung pasir atau bronjong nantinya. Saya juga belum lihat designnya, karena baru selesai,” katanya.
Mengenai penanganan jangka panjang menurut Harry, akan dilaksanakan pada tahun 2019 mendatang. Karena untuk penanganan permanen akan membutuhkan biaya besar. Disana juga kemungkinan akan dibuat turap permanen.
“Untuk penanganan jangkan panjang harus didesign dulu, harus menggunakan turab permanen. Karena longsoran itu cukup dalam, kurang lebih 20 meter. Kita juga harus bicarakan dengan warga setempat mengenai saluran air. Apakah mereka bersedia jika lahannya menjadi saluran air,” pungkasnya.