JAMBI - Program nasional imunisasi campak dan rubella tengah berlangsung dari awal Agustus ini hingga September mendatang.
Untuk di Provinsi Jambi sendiri ditargetkan 900 ribu anak yang mendapatkan vaksin ini. Ini merupakan jumlah maksimal untuk anak berumur 9 bulan hingga 15 tahun yang menjadi sasaran pemberian imunitas terhadap penyakit menular ini.
Samsiran Halim, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi menyampaikan dari target tersebut setidaknya Provinsi Jambi telah mendapat persediaan vaksin sebanyak 80 ribu vial.
“Nanti kalau kurang bisa kita tambah, satu vial itu sendiri cukup untuk sepuluh orang anak,” katanya.
Untuk target penerapannnya sendiri, Samsiran menyebut, optimis akan mampu mengejar target selama 2 bulan ini. Karena kebanyakan imunisasi ini dilakukan di sekolah-sekolah. “Kita untuk Provinsi Jambi sendiri lakukan pencanangan di Kabupaten Sarolangun, harapannnya agar masyarakat bawa anak untuk imunisai, karena sangat banyak manfaatnya kedepan,” sebutnya.
Selanjutnya Samsiran menyebut keuntungan jika telah melewati imunisasi ini diantaranya bisa terhindar dari wabah seperti difteri, campak , dan rubella yang kebanyakan menyerang ibu hamil.
“Ini merupakan bentuk perhatian pemerintah memberikan pencegahan, semua diberikan tanpa pandang jenis kelamin,” tandasnya.
Sementara itu, pantauan koran ini kemarin (1/8), imunasi ini sudah mulai dilakukan di sekolah-sekolah di Kota Jambi. Salah satunya di SD Negeri 205/IV Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi.
Kepala SD Negeri 205/IV Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi Abdul Hamid mengatakan, vaksin difteri akan diberikan kepada 980 siswanya selama 3 hari ini.
Menurutnya, sekolah akan memperbolehkan orangtua untuk mendampingi anak-anaknya terutama pada siswa kelas 1 SD yang belum berpengalaman dan masih membutuhkan pendampingan orangtua.
“Anak-anak nangis itu nanti dibujuk, nanti diperbolehkan orangtuanya juga masuk tapi kadang justru tambah nangis, tadi juga ada orang tua siswa yang tidak mau anaknya diimunisasi karena anaknya baru sembuh dari demam jadi nanti akan diimunisasi di Puskesmas setelah sembuh,” sebutnya.
Masih berdasarkan pantauan koran ini di SD tersebut, pemberian vaksin difteri dilakukan di dalam kelas dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Sebelum proses penyuntikan dilakukan, petugas akan memeriksa suhu tubuh anak lalu memberikan vaksin kepada anak-anak yang suhu tubuhnya normal, pasalnya jika terdapat penyakit lain ataupun suhu tubuh anak tidak normal dapat memperberat kondisi seperti syok, kejang maupun alergi.
Proses penyuntikan yang dilakukan adalah petugas mendatangi satu persatu meja siswa kemudian mengajak anak-anak berbicara selama proses penyuntikan.
Berbagai ekspresi yang terlihat dari anak- anak yang akan disuntik, ada yang menangis ketakutan, ada yang langsung berlari keluar kelas seketika melihat petugas masuk kelas, ada yang menyumput dibawah kolong meja sekolah, ada yang awalnya berani dan senyum-senyum lalu menangis ketika melihat jarum suntik, ada juga yang menangis sambil memanggil-manggil ibunya yang berada di luar kelas.