JAMBI-Pelaksanaan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Provinsi Jambi sukses digelar. PPDB system Zonasi menjadi solusi berbagai persoalan dunia pendidikan. Salah satunya masalah ketidakmerataan siswa sekolah di SMA/SMK negeri.
“Zonasi itu dapat menyelesaikan masalah PPDB yang selama ini banyak masalah. Dengan system PPDB system Zonasi semua siswa yang berada dilingkungan sekolah bisa diterima,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, H. Agus Herianto, SH saat ditemui kemarin.
Dia tidak setuju jika sistem zonasi dikatakan menimbulkan masalah. Justru kata Agus, zonasi membuat pemerintah lebih mengetahui persoalan sekolah di berbagai daerah secara lebih detail.
“Zonasi ini untuk memperkecil, istilahnya itu men-close up masalah. Karena kalau petanya nasional itu buram. Tapi kalau kita pecah-pecah ke zona-zona itu jadi lebih tajam, lebih luas,” aku Aher begitu ia akrab dipanggil.
Selanjutnya, katanya, berbagai persoalan sekolah di tiap zona akan ditindaklanjuti pemerintah. Dengan sistem zonasi, menurutnya, akhirnya banyak diketahui daerah-daerah yang belum memiliki sekolah memadai atau tidak cukup menampung siswa dari zona tersebut.
“Setelah tahu masalah ini akan kita selesaikan per zona. Mulai dari ketidakmerataan peserta didik, kesenjangan guru, ketidakmerataan guru, jomplangnya sarpras antar sekolah,” ujarnya.
Ia mencontohkan, dengan adanya PPDB system Zonasi dirinya bisa memperlihatkan dimana daerah atau kecamatan yang tidak ada sekolah negerinya. Hal ini segera dilaporkan kepada Kemdikbud agar ke depan bisa dibangun sekolah baru.
“Kita akui PPDB system Zonasi ini terkendala karena tidak meratanya SMA/SMK di Kota Jambi dan sekitarnya. Ada beberapa kecamatan tidak memiliki SMA. Makanya kita gunakan system ada zonasi 1 dan ada zonasi 2 untuk menampung semua siswa yang tidak bisa masuk zonasi,” bebernya.
Bahkan sejak adanya system Zonasi ini, pihaknya berhasil membangun 2 SMA negeri baru di Kota Jambi yaitu SMAN 12 dan SMAN 13. Padahal selama berpuluh tahun tidak ada penambahan SMA negeri di Kota Jambi.
“Sebenarnya kita ingin menambah beberapa SMA negeri dibeberapa kecamatan yang tidak ada SMA negeri atau daerah padat penduduk. Tapi kita terkendala karena kekurangan tanah, karena di daerah tersebut tidak ada lagi tanah pemda,” jelasnya.
Selain itu, Agus mengatakan sistem zonasi juga menghapuskan kastanisasi sekolah-sekolah. Menurut dia, istilah \'sekolah favorit\' sudah usang.
“Saya mohon masyarakat mulai menyadari bahwa namanya era sekolah favorit itu sudah selesai. Karena sekarang nggak ada sekolah yang isinya anak-anak tertentu, terutama yang mereka yang dari proses passing grade, yang relatif homogen. Nggak ada sekarang,\" tegas Agus.
Sebagaimana diketahui bahwa ada 4.707 kuota siswa SMA/SMK negeri yang diterima di Kota Jambi. Sementara julah peminat mencapai 8.764 siswa dari SMP negeri dan swasta di Kota Jambi. Sedangkan untuk jumlah se Provinsi dia menyebut ada 20.717 peminat dari SMPN/S. Tapi yang diterima hanya 19.069 siswa.
“Artinya hampir seimbang peminat dan daya tampung Provinsi Jambi, cuma jarak seribu, nanti ditambah sekolah swasta kita yakini tak akan jadi masalah,” terangnya.
Diakuinya, ada 4000-an siswa yang tak lolos ke SMA/SMK negeri dan mereka diberikan alternative sekolah swasta. Dia juga menjelaskan agar siswa tak takut dengan anggapan sekolah swasta yang mahal, karena Disdik akan menerapkan cara yang membantu beban siswa tidak mampu di swasta.