JAMBI-PT Wirakarya Sakti (WKS) yang berlokasi Distrik VIII di Desa Bukit Bakar, Kecamatan Renah Mendaluh, Kabupaten Tanjab Barat terus mengelola suku anak dalam (SAD) yang tinggal di lingkungannya.
Tak hanya mengelola, PT WKS ini juga memberdayakan masyarakat SAD yang didiami oleh kelompok Tumenggung Tupang dan Bujang Itam. Di Kelompok Tumenggung Tupang ini terdiri dari 27 kepala keluarga (KK), sedangkan kelompok Bujang Itam terdiri 22 KK.
Hal itu diungkapkan Slamet Irianto, Direktur Corporate Sosial Responbility (CSR) kepada Jambi Ekspres kemarin. Menurunya, pengelolaan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh PT WKS bermacam-macam. Untuk saat ini, PT WKS telah merekrut anggota masyarakat SAD menjadi petugas keamanan (security) di lingkungan PT WKS.
“Kita telah merekrut sebanyak 6 orang SAD sebagai petugas keamanan di lingkungan PT WKS di Distrik VIII ini,”ujarnya, kemarin.
Lebih lanjut Slamet Irianto menjelaskan, pihak WKS juga bakal memberikan kesempatan bekerja kepada masyarakat SAD untuk bekerja pada bidang pekerjaan lainnya.
BELAJAR: Anak-anak SAD di lingkungan PT WKS di Distrik VIII saat belajar menulis.
Tak hanya itu, PT WKS juga konsen terhadap pendidikan bagi masyakat SAD diwilayah sekitarnya. Tak kurang 42 orang anak-anak dari usia 5-10 tahun yang terbagi, 24 orang dari kelompok Tumenggung Tupang serta 18 orang anak-anak dari kelompok Bujang Itam melakukan kegiatan belajar di kelompok belajar alam.
Dalam kegiatan belajar di kelompok belajar alam ini, pihak WKS bekerjasama dengan Ibu Siti Umiyani (44) tahun yang juga sangat konsen terhadap pendidikan masa depan anak-anak SAD.
“Dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Siti Umiyani, anak-anak SAD tak hanya diajari baca tulis atau hitung. Anak-anak SAD ini juga diajari tata cara hidup sehat mulai tata cara mandi hingga menggosok gigi. Bahkan, hingga mengaji dan mewarnai,”jelas Slamet Irianto kepada Jambi Ekspres, kemarin.
Selain memberdayakan dibidang pendidikan untuk masa depan anak-anak, PT WKS juga memberdayakan masyarakat yang mendiami dilingkungannya dengan mengajari dibidang pertanian. Tujuannya antara lain, dengan pelatihan pertanian menetap, warga SAD tidak lagi berpindah-pindah.
“Kita bertujuan dengan mengajari bidang pertanian ini, masyarakat SAD taraf hidupnya bisa ditingkatkan. Yang terpenting lagi, masyarakat SAD tidak hidup berpindah-pindah lagi. Kita akan menjadikan SAD bagian dari subjek pembangunan bukan sebaliknya jadi objek.”terangnya.
Bahkan PT WKS juga lanjut Slamet Irianto, mengajari kelompok masyarakat suku anak dalam (SAD) dalam kelompok masyarakat peduli api (KMPA). Dalam kelompok KMPA ini, masyarakat SAD kita ajari teknik bagaimana menanggulangi bencana kebakaran hutan ataupun lahan.
“Semua kita ajari mulai teknik hingga mengoperasikan alat pemadam untuk kebakaran lahan atau hutan. Mengapa SAD kita libatkan? Karena mereka (SAD, red) begitu konsen terhadap kelangsungan hutan dan menjaga kebakaran lahan. Bahkan untuk saat ini sudah ada dua orang petugas KMPA dari masyarakat SAD,”jelasnya.
Sementara itu, Ibu Siti Umiyani yang menjadi mitra WKS dalam bidang pendidikan ini mengungkapkan, awalnya dirinya terjun mengapa mengajari anak-anak SAD ini karena Ibu Siti Umiyani sangat peduli dengan masa depan anak-anak.
Tak hanya itu, Ibu Siti Umiyani juga dengan ikhlas mengajari anak-anak SAD, karena menilai selama ini masih belum ada program yang serius dan berkelanjutan atas masa depan SAD. Dengan bekerjasama bareng PT WKS keinginannya bisa terwujud.
“Yang pasti harus bersabar dengan mereka. Dari 42 orang anak-anak yang sudah kita ajari ini, sudah banyak yang bisa membaca. Apalagi sekolah kelompok belajar alam ini dapat support penuh dari WKS berupa fasilitas belajar mengajar, baik tempat belajar maupun alat peraga belajar mengajar berupa buku mewarnai hingga papan tulis. Sehingga memudahkan anak-anak SAD memahaminya,”terang Ibu Siti Umiyani yang sehari-hari juga guru honorer di SDN 194/V Lubuk Kambing, Kabupaten Tanjungjabung Barat ini kemarin.
Pemulihan Trauma
Sementara itu, pasca kejadian di Distrik VIII beberapa waktu lalu, PT WKS juga melakukan pemulihan trauma (trauma healing). Kegiatan ini dilakukan untuk masyakarakt sekitar dan karyawan.
“Jadi inti dari trauma healing ini untuk mengilangkan peristiwa yang pernah terjadi. Jadi dengan adanya pemulihan trauma ini, masyarakat sekitar dan para karyawan serta keluarga karyawan agar kehidupaannya kembali normal,”ujar Slamet Irianto. (van)