Lanjut Pieter, mengenai rencana pemerintah mengembangkan mobil listrik tidak bertentangan dengan adanya industri mobil konvensional seperti Esemka. \"Karena pengembangan mobil listrik umumnya diawali oleh industri mobil konvensional,\" ucap dia.
Sementara Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda menilai kehadiran mobil nasional sebuah perkembangan yang positif bagi industri otomotif di Indoensia. Hanya saja, perlu diperhatikan dari sisi permintaannya.
\"Saya rasa permintaan untuk Esemka jenis pickup yang baru diluncurkan masih kalah pamor dibandingkan dengan mobil pickup lainnya. Hanya lewat harga, mobil Esemka bisa bersaing,\" ujar Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (6/9).
Pabrik mobil Esemka ini berdiri di atas lahan seluas 115 ribu meter per segi dengan luas bangunan 12.500 meter per segi. Tanah itu disewa untuk jangka waktu selama 30 tahun.
Pabrik ini dilengkapi dengan ruang pamer, pengecatan, perakitan kendaraan, perakitan mesin, pengetesan mesin, pengetesan kendaraan, dan inspeksi. Nilai investasi pabrik ini mencapai Rp600 miliar.
Untuk kapasitas produksi pabrik mencapai 18 ribu unit per tahun. Jika dihitung per bulan berarti 1.500 unit atau sekitar 50 unit per hari. (din/fin)