Kamis, 21 January 2021
Oleh : Dahlan Iskan
HARI itu sudah lima hari saya digelontor obat Covid. Lalu diswab: pasif positif.
Saya sudah siap mental. Saya kan memang residivis. Tidak mudah menyembuhkannya dari Covid.
Seandainya bukan residivis gelontoran anti-Covid itu bisa diteruskan. Sampai berhasil.
Tapi itu tidak mungkin dilakukan pada saya. Liver saya bisa \'kalah\'. Tanda-tandanya sudah muncul. Fungsi hati saya mulai terancam: SGOT/SGPT naik drastis. Mula-mula menjadi 100/97. Dua hari kemudian 160/87.
Darah saya juga mengental. Yang bisa berkembang menjadi mencendol. Yang bisa membuat masalah di organ lain. Itu juga pertimbangan tersendiri.
Sisi baiknya: creatinine saya justru lebih bagus. Yang dulunya di atas normal justru menjadi normal. Dan penanda radang juga membaik. CRP saya 3.10.
Berarti tidak terjadi peradangan. Apalagi hasil pemeriksaan jantung juga sangat baik. Hasil CT Scan paru-paru juga bersih.
Tentang bahaya darah mencendol sudah saya tulis di Disway beberapa waktu itu. Angkanya masih belum dalam level yang sangat bahaya. Masih sekitar 2.000.
Sedang naiknya SGOT/SGPT bisa terkait dengan transplantasi hati yang saya alami 15 tahun lalu.
Justru itu yang harus dijaga: jangan sampai terjadi kegagalan transplan. Yakni hati yang sudah 15 tahun \'mengabdi\' di tubuh saya itu jangan sampai tiba-tiba ditolak oleh sistem tubuh.
Tanda-tanda awalnya sudah muncul. Level tacrolimus saya naik dari 2 menjadi 3,5. Itu masih normal. Tapi sudah lima tahun terakhir level itu selalu di angka 2. Kok tiba-tiba naik.
Dua hari kemudian level tacrolimus itu naik lagi. Menjadi 4,4. Masih normal tapi mengapa naik terus.
Lalu apa yang harus dilakukan Terutama kalau dua hari kemudian naik lagi menjadi di atas 5. Yang berarti melebihi batas. Yang juga bisa diartikan mengarah ke rejection –ke kegagalan transplan.
Saya ikut saja keputusan tim dokter. Dokter Hanny Handoko, ketua tim, senior sekali. Pun sudah punya banyak pengalaman. Termasuk menangani pasien transplant ginjal yang terkena Covid. Sudah dua pasien yang sembuh.