JAKARTA — Aksi Pandji yang mengungkap perbandingan ormas Islam memicu reaksi keras dari Ketua Umum Cyber Indonesia Muannas Alaidid.
Politisi Partai Demokrat, Andi Arief, secara tidak langsung memberikan pembelaan kepada Pandji Pragiwaksono yang tengah menjadi sorotan dan pergunjingan publik.
Pandji mengatakan bahwa FPI jauh lebih dekat dengan masyarakat dan selalu ada saat dibutuhkan masyarakat. Sedangkan dua ormas Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah tidak seperti itu.
Andi Arief tak secara langsung memberikan pembelaan kepada Pandji. Melainkan lebih diarahkan kepada Muannas Alaidid. “Kurang pinter teriak Kurang Ajar,” tulis Andi Arief melalui akun Twitternya, Kamis (21/1/2021).
Dalam cuitan itu, Andi Arief juga menautkan pemberitaan berjudul ‘Pandji Bandingkan FPI dengan NU, Muannas: Kurang Ajar Anda!’. Sebelumnya, Muannas menyebut Pandji Pragiwaksono sebagai komedian karbitan.
“Ini tuduhan, kemaren ada Haikal Hassan terus Mbak You, sekarang komedian karbitan,” ujar Muannas dikutip dari akun Twitter pribadinya.
Muannas menyatakan, perbandingan yang dilakukan Pandji itu tidak sepadan. Sebab, baik NU dan Muhammadiyah, sudah tak terbilang lagi jasanya untuk kemerdekaan dan pembangunan di tanah air. “Jasa NU dan Muhammadiyah terhadap bangsa ini besar tak sepadan dibanding FPI,” sambungnya.
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu meminta Pandji segera meminta maaf kepada NU dan Muhammadiyah. “Jadilah komedian yang baik, jangan komentarin dan menghukumi sesuatu yang anda @pandji tidak ketahui, dzolim Anda,” tegasnya.
Muannas juga menyatakan bahwa NU dan Muhammadiyah sangat berjasa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan kehidupan masyarakat.
“Saran saya untuk para pembohong dan pengadu domba sebaiknya MINTA MAAF kepada ke-2 ormas Islam terbesar tersebut,” sambungnya.
Melalui akun Twitter pribadinya, Pandji Pragiwaksono pun membalas cuitan Muannas.
“Mohon maaf, tapi blom ditonton ya sumber video yang dijadikan kutipan?” balas Pandji.
Ia kembali menekankan bahwa hal itu buka pernyataanya sendiri.
“Saya blang bahwa itu ucapan Sosiolog, Pak Thamrin Tomagola waktu saya interview beliau di Hard Rock FM Jakarta awal 2012,” sambungnya. (pojoksatu)