Tidak menyangka Romo Halim meninggal karena Covid. Begitu disiplin. Usianya pun baru 65 tahun –yang untuk zaman sekarang masih dibilang muda.
Awalnya, disangka, Romo Halim dapat serangan jantung. Beliau memang ada riwayat jantung.
Itu dua tahun lalu. Ketika beliau ke Australia. Untuk memberi pelayanan di sana. Di antara jemaat itu ada yang dokter. Tidak hanya satu. Beberapa orang dokter. Secara iseng ditawarkanlah agar Romo mau diperiksa. Ternyata ditemukan ada penyumbatan jantung: harus dipasang ring.
Mau dipasang di Australia atau di Indonesia?
\"Di Indonesia saja,\" ujar beliau.
Itu memang dilakukan. Ternyata harus dipasang dua ring. Lalu beres. Sehat. Terasa enak. Tidak ada masalah.
Di masa Covid ini beliau menyadari itu. Punya penyakit jantung adalah komorbid yang bahaya di masa Covid. Karena itu Romo Halim sangat hati-hati. Juga rajin olahraga. Tiap hari beliau main pingpong. Di rumahnya.
Minggu lalu Romo Halim ke kantor. Ada yang harus diselesaikan. Di kantor Romo Halim bertemu Romo lain. Bicara-bicara.
Besoknya Romo Halim dapat kabar bahwa teman ngobrolnya kemarin positif Covid. Romo Halim pun curiga pada diri sendiri. Dilakukanlah test antigen. Negatif. Tapi hari itu tidak main pingpong.
Romo Halim sudah merasa ada yang kurang beres.
Besoknya beliau tes lagi. Negatif lagi. Tapi juga tidak main pingpong.
Hari ketiga Romo Halim main pingpong. Terjatuh. Dikira jantung yang bermasalah. Dilarikanlah ke rumah sakit. Meninggal. Ditemukanlah bahwa Romo Halim ternyata positif.(Dahlan Iskan)