JAKARTA - Pengamat politik Said Salahudin meyakini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak tinggal diam, di balik munculnya isu ingin mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi ketua umum DPP Partai Demokrat. Said justru memprediksi, langkah PD mengungkap ke publik adanya dugaan ingin mengkudeta putra SBY tersebut, terdapat campur tangan Presiden ke-6 RI itu. Sebab bagaimanapun, SBY harus diakui seorang ahli strategi dan seorang jenderal. Tentu tidak ingin partai yang membawanya duduk sebagai presiden dua periode, diobok-obok pihak tertentu.
\"Kalau dikaitkan dengan strategi dan jika tudingan elite PD itu benar, maka langkah yang dipilih Moeldoko dan kawan-kawan, itu strategi yang kurang matang,\" ujar Said kepada JPNN.com, Rabu (3/2).
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini menyatakan pandangannya, karena belum apa-apa rencana tersebut sudah bocor dan diketahui pihak yang ingin dikudeta. \"Sekali lagi kalau memang tudingan itu benar, saya mau bilang di balik ini ada suatu pertarungan strategi yang berbau intelijen antara Moeldoko sebagai mantan panglima TNI, dengan SBY yang jenderal dan mantan presiden. Nah, rupa-rupanya intelijen SBY lebih kuat, bisa tahu. Jadi sudah 1-0,\" ucapnya.
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini lebih lanjut menyebut, dalam hal ini sebenarnya tidak ada masalah hukum. Hal yang mungkin dilanggar hanya etika politik, mengingat Meoldoko masih menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP). Itupun jika tudingan yang disampaikan elite PD benar adanya.
\"Mungkin dia berpikir yang dihadapi hanya seorang AHY, padahal di balik itu ada SBY yang juga seorang jenderal. Jangan dianggap diam-diam saja,\" pungkas Said.(gir/jpnn)
Sumber: www.jpnn.com