Kedua, membebaskan diri (releasing yourself). Implementasinya berupa pengenalan diri, menerima kondisi diri, dan menguasai pikiran. Lebih banyak menghadirkan strength mindset (pikiran positif) ketimbang deficit mindset (pikiran penuh kekhawatiran).
Ketiga, harmoni dan keberlanjutan (harmony and sustainability). Semacam konsep menjaga kesimbangan dengan alam dan sesama manusia. Prinsipnya, ketika Anda senang, orang lain senang, maka lingkungan pun senang.
“Sebagai manusia, kita tidak bisa menjalani segala sesuatu secara individual,” urai Fla yang menyelesaikan S2 dan profesi psikolog di Unversitas Gajah Mada (UGM) ini.
Artinya, kemitraanlah yang membuat kehidupan manusia bermakna dalam relasi support system, hubungan saling mendukung dan membantu.
Keempat, menikmati hal-hal kecil (the joy of a little things). Menjaga motivasi dengan bahagia dari hal-hal kecil. “Ketika diterapkan secara konsisten dan terus menerus, itu akan mendukung mental health,” kata Fla.
Kelima, menjadi di sini dan sekarang (being in the here dan now). Bisa juga disebut zen alias mindful. Bisa berasal dari rasa, aroma, mendengar, menyaksikan, dan lainnya. Dengan kata lain menciptakan mindfulness.
“Mindfulness adalah bagaimana kita merasakan yang ada saat ini. Jadi kita tidak memikirkan masa lalu atau pun masa depan. Jadi kita fokus pada apa yang ada saat ini,” tutur Fla. (zuk)
Sumber: www.fajar.co.id