Selama Pandemi, Penjualan Sex Toys di Indonesia Turun Drastis

Jumat 19-02-2021,00:00 WIB

JAMBIEKSPRES.CO.ID-Digadang-gadang penjualannya ramai di tengah pandemi Covid-19, nyatanya penjualan seksual gadget atau yang lebih fasih dikenal sebagai sex toys mengalami penurunan.

Dari yang awalnya cash on delivery (COD) di sana-sini, menjadi sepi peminat. Hal ini diakui oleh salah satu penjual sex toys di Denpasar Barat, yang tak berkenan disebutkan namanya.

Dia menyebutkan, sebelum pandemi Covid-19 barang dagangannya bisa laku hingga Rp50 juta dalam sebulan. Namun semenjak Covid-19 mewabah, dia hanya mampu mengantongi kotornya sebesar Rp4 juta sebulan atau terjual hanya 15 item.

“Selama pandemi Covid-19 ini penjualan lagi menurun drastis, di Bali maupun di Jakarta. Mau bagaimana lagi kondisi seperti ini syukuri saja,” ujarnya, Senin (15/2/2021).

Menurutnya, adanya penurunan wisatawan domestik dan mancanegara ke Bali, menjadi penyebab utama sepinya pembeli. Terutama bagi dagangannya yang laku terjual oleh kalangan turis. “Yang beli kebanyakan bule, dari luar, mereka senang kalau di Bali itu ada toko seperti ini. Karena Covid-19 wisatawan domestik maupun mancanegara tidak ada, jadi sekarang saya mengandalkan lokal saja dulu. Itupun jarang, kalaupun ada biasanya lokal yang pasangannya bule,” ungkapnya.

Ketika ditanya mayoritas pembeli laki-laki atau perempuan, dia pun tanpa ragu menjawab perempuan. “Kebanyakan yang beli perempuan. Peminatnya dewasa semua, rata-rata 40-an. Yang masih muda ada, cuman untuk kado, untuk becandaan sama teman-teman saja. Kalau anak kecil yang datang sudah pasti saya nggak kasih (dilarang, Red),” jelasnya.

Selama 6 tahun menggeluti dagangan sex toys ini, dia sudah bisa membuka tiga toko. Yakni satu di Denpasar Barat, satu di Denpasar Selatan, dan satunya lagi di Jimbaran. “Cuman yang dua sedang down penjualannya,” akunya.

Mulai dari obat herbal, kondom gerigi, vaginator, vibrator, hingga sex doll tersedia di tokonya. Pihaknya pun menerima pembelian luar pulau. Harga sex toys yang dijualnya berkisar antara Rp350 ribu untuk item paling murah. Dan Rp2 juta sampai Rp4 juta yang paling mahal.

“Yang paling mahal itu sex doll. Paling banyak diincar laki-laki. Semua barang di sini diimpor dari China ke Batam, lalu dibawa ke Jakarta dan menyebar ke mana-mana,” sebutnya.

Kendati demikian, dia mengaku bukan pemilik utama dari barang dagangannya. Melainkan hanya berlaku sebagai tangan kedua. Demikian pula untuk izin berjualan.

“Saya sama yang punya barang tidak pernah tatap muka. Hanya lewat telepon saja. Barangnya kirim-kiriman lewat pos. Saya jualan di sini joinan. Jadi saya yang punya toko, teman yang punya barang. Kalau masalah izin mungkin teman saya yang lebih tahu,” katanya.

Dia menambahkan, selama berjualan sex toys ini, tidak sedikit kendala yang dialaminya. Terutama terkait pembeli. Meski dulunya terbilang ramai, ada saja pembeli yang tidak bertanggung jawab.“Kendalanya lebih pada customer, misalnya minta COD jauh-jauh ke Ubud, sampai pertengahan diblokir nomor saya. Ya customer fiktif begitulah,” katanya. (jpg)

Sumber: www.fajar.co.id

Tags :
Kategori :

Terkait