MAKASSAR — Prostitus dalam jaringan (daring) kian marak. Bahkan sudah melibatkan anak di bawah umur. Hotel Andra di Jalan Pandang Raya mendadak ramai, Senin malam, 8 Maret. Ada 15 orang diamankan. Mereka diduga sedang pesta seks. Empat di antaranya masih di bawah umur. Masing-masing NI (18), DL (16), SF (17), dan FT (19).
Adapun 11 orang lainnya merupakan pria. Mereka; Muhammad Agus, 18 tahun, M Restu (18), Syahrul (17), Rahmad Dyawan (20), Adil Arifai (17), Ichal (18), Reynaldi (18), RZ (15), Ismail Wahid (19), Yusron (17), dan Dadang Purji Anto (17).
Semua diamankan setelah petugas melakukan penggeberekan di tiga kamar berbeda. Pastinya, setelah petugas mendapat informasi adanya aktivitas mencurigakan di hotel tersebut.
Panit II Polsekta Panakkukang, Ipda Abdul Rahman mengatakan, dari informasi yang diterima, seluruh yang diamankan dicurigai membawa senjata tajam (sajam). Karena itu, pihaknya langsung menuju ke lokasi.
Setelah berada di lokasi, pihaknya langsung melakukan penggeledahan. Setidaknya ada 11 pria dan empat wanita diamankan. Juga, ditemukan ketapel bersama 10 anak panah, serta satu saset obat daftar G jenis tramadol.
“Pemilik sajam itu pria atas nama Dadang. Sedangkan yang lain masih didalami perannya,” katanya. Lebih jauh dikatakannya, satu dari empat perempuan yang diamankan dinyatakan tidak terlibat. “FT, sedang cari suaminya, yakni Dadang. Katanya (Dadang) sedang menato teman di kamar tersebut,” tambahnya.
Di hadapan petugas, seorang pelaku prostitusi daring, DL yang masih berusia 16 tahun menceritakan dirinya sudah terjun di dunia prostitusi dalam jaringan (daring) sejak lima bulan lalu. Anak Baru Gede (ABG) karena desakan ekonomi dan masalah keluarga.
Aktivitas jual diri dimulai melalui salah satu aplikasi chat media sosial. Tarif yang dipasang Rp5 juta bagi siapa yang ingin merenggut perawannya. Dalam percakapan aplikasi itu, ia mengaku masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Usianya 16 tahun. Pancingannya berhasil. Ia mendapat orderan.
Awalnya, ada pelanggan menawar Rp4 juta untuk berkencan. Akan tetapi, setelah negosiasi akhirnya disepakati pada angka Rp5 juta. Pertemuan pun diatur di salah stau hotel di Panakkukang.
“Orang tua mi’ itu yang ambil perawanku. Ia bayar setelah main dan membuktikan saya memang perawan,” kata DL di Polsekta Panakkukang, Selasa, 9 Maret.
Ia menyebut, sejak saat itu dirinya aktif dalam prostitusi online (daring). Pelanggannya kebanyakan berasal dari kalangan anak muda dan mahasiswa. Beberapa ada yang lanjut usia.
Akan tetapi, tarifnya tidak lagi seperti semula. Sudah turun. Tarifnya Rp250 ribu hingga Rp500 ribu untuk sekali kencan. “Tidak semua saya terima. Saya pilih-pilih siapa yang diterima. Tidak setiap hari. Saya lakukan ini (prostitusi daring) kalau ada yang tawar,” akunya.
Pengakuan serupa juga diutarakan SF. Perempuan berusia 17 tahun ini mengaku pacarnya sebenarnya paham akan pekerjaan sejak tiga bulan lalu. Bahkan, saat ditangkap pun ia sedang bersamanya.
“Awalnya sempat ada penolakan. Saya bersikukuh untuk tetap bertahan dengan alasan tidak ada pekerjaan. Lebih baik seperti ini daripada mencuri. Sekarang sulit mencari pekerjaann,” akunya. (*/fajar)
Sumber: www.fajar.co.id