Bayangan Memberi Jawaban Tinggi Tiang Bendera di Sekolahku

Kamis 25-03-2021,00:00 WIB
Oleh:


Oleh: Hepi Kurniati, S.Pd *

Mencari ide dan strategi agar materi yang saya sampaikan bermakna bagi siswa bukan perkara mudah. Materi harus disajikan menarik sehingga melekat di dalam kehidupan mereka nantinya. Pada kali ini saya menggunakan lingkungan terdekat sebagai media belajar seperti pepatah Minang “Alam takkambang jadi guru” artinya segala fenomena dan kejadian yang ada di alam bisa menjadi bahan belajar bagi umat manusia.
Siswa dapat belajar dari lingkungan sekolah, untuk itu saya memanfaatkan lingkungan sekolah tersebut dibantu dengan bayangan sinar matahari pagi untuk menyampaikan materi yang bermakna. Jadi, kami memanfaatkan lapangan sekolah dan tiang bendera menjadi tempat belajar kami. Selain itu, belajar di luar kelas juga dapat memberikan suasana yang berbeda bagi siswa serta semangat baru bahwa lingkungan dapat menjadi tempat untuk menambah ilmu.
Pada pertemuan sebelumnya saya meminta siswa membawa meteran dari rumah. Mereka berfikir untuk apa saya menugaskan mereka membawa benda tersebut, begitu yang ada di dalam pikiran mereka. Sebagai informasi, kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara berpasangan namun memiliki tugas yang berbeda.

Materi Kekongruenan dan Kesebangunan
Materi pada semester satu di kelas tiga yaitu kekongruenan dan kesebangunan. Saya mengajak mereka untuk terjun langsung dan mengalami apa sesungguhnya materi yang mereka terima di sekolah untuk digunakan di dalam kehidupan. Melakukan langsung praktik penghitungan dan berdiskusi dari data yang telah mereka dapatkan serta berusaha menyimpulkan dari materi yang telah diberikan oleh saya. Sub bab dari materi kekongruenan dan kesebagunan itu adalah aplikasi kesebagunan dua segitiga dalam kehidupan nyata.
Sebelum memulai pembelajaran saya menyampaikan tujuan dari materi yang akan saya berikan yaitu peserta didik dapat mengaplikasikan kesebagunan dua segitiga dalam kehidupan nyata. Ada dua orang dari kelompok hari ini yang membawa meteran, yang biasa digunakan untuk mengukur tanah. Meteran itu akan digunakan secara bergantian untuk mengukur panjang bayang setiap siswa dan mengukur panjang bayang tiang bendera yang ada di lapangan sekolah.
Terjadilah percakapan diantara siswa dan saya. “Untuk apa sih, meteran ini bu, kita bakal ngukur apa?” tanya Hairin. Saya menjawab: “Mengukur tinggi tiang bendera dan kita membutuhkan sinar matahari.” Mereka semua pada bingung antara meteran, matahari dan tiang bendera pada materi hari ini. Awalnya cuaca tak bersahabat karena tak menunjukkan sinarnya yang cerah, namun beberapa menit kemudian matahari terlihat menujukkan sinarnya, dan merekapun berseru untuk segera melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari sini terlihat bahwa pembelajaran yang saya lakukan di luar kelas membuat mereka lebih antusias dan segera untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran pada pagi hari ini. Mereka keluar kelas dengan senang dan sekaligus penasaran untuk melakukan kegiatan tentang konsep kesebangunan dua segitiga dalam kehidupan nyata. Kami melakukan pembelajaran pada jam ke 3 sampai jam ke 4 pada saat matahari bersinar dengan cerah di pagi hari itu.

Langkah-langkah Pembelajaran
Agar mereka tidak bingung, saya memberikan langkah kerja dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa adalah sebagai berikut: (1) Siswa diminta untuk mengukur tinggi badan mereka di ruang olahraga yang tersedia di sekolah, kemudian (2) Siswa mengukur panjang bayangan mereka sendiri tepat menghadap tiang bendera dengan jarak yang telah ditentukan secara bergantian dengan teman pasangannya, lalu (3) Siswa mengukur tinggi bayangan tiang bendera yang ada dilapangan sekolah, selanjutnya (4) Siswa membuat ilustrasi gambar dari yang telah mereka lakukan antara tinggi tiang bendera yang belum diketahui, bayangan tiang bendera dan panjang bayangan mereka sendiri yang telah didapat.

Praktik Pembelajaran
Dari praktik yang telah mereka lakukan dan didapat ilustrasi gambar selanjutnya langkah kerja yang mereka lakukan adalah (5) Siswa didik diminta untuk dapat memperkirakan tinggi tiang bendera dengan data yang telah mereka dapatkan. Dengan cara berdiskusi antar peserta didik berusaha menyimpulkan hasil dari kegiatan yang mereka telah lakukan. Jadi dalam kegiatan pembelajaran menentukan perkiraan tinggi tiang bendera dengan bantuan sinar matahari terdapat lima langkah kerja yang harus peserta didik lakukan. Di sela kegiatan beberapa siswa menanyakan, “Berarti gak perlu langsung panjat tiang bendera untuk mengukur tingginya?” ujar Dimas. Perkataan dari Dimas disambut oleh Raja yang berkata: “Bahaya kalau Rafi yang memanjat,.. Bahaya, apalagi kalau tiang listrik.”
Dari percakapan yang terjadi pada peserta didik saya memberikan kesimpulan bahwa ada sesutu hal yang ketika kita ingin mengetahui tidak harus dengan real kita ukur seperti ingin mengetahui lebarnya sungai, tingginya bukit atau tingginya jembatan, maka kita bisa tidak secara langsung mengukurnya. Namun dengan mengunakan konsep kesebagunan dua segitiga kita dapat mengetahui perkiraan dari itu semua.
Pengukuran ini adalah pengukuran perkiraan karena tergantung pada saat posisi matahari bergerak dan pada waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini dilakukan pada saat pagi hari. Mengalami secara langsung, berinteraksi sesama mereka, mengkomunikasikan dari hasil yang didapat dan dapat menyimpulkan hasil dari kerja mereka sendiri sehingga tercapai tujuan dari mengaplikasikan kesebanguan dua segitiga di dalam kehidupan siswa.

Hasil Pembelajaran
Hasil yang didapat dari ilustrasi gambar yang telah mereka buat membentuk dua segitiga sebagun sehingga dari panjang bayangan tiang bendera, panjang bayangan siswa serta tinggi siswa dapat mengukur perkiraan tinggi tiang bendera yang ada di sekolah dengan menggunakan konsep dua segitiga yang sebagun tanpa harus mengukur secara langsung tiang bendera.
Hasil dari praktik dengan menggunakan media tiang bendera dan bayangan matahari maka dihasilkan ukuran perkiraan tinggi tiang bendera setinggi 9 meter.
Belajar di luar kelas dengan menggunakan media yang terdekat dengan mereka serta menyajikannya semenarik mungkin sehingga terciptalah pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik jauh lebih bermakna didalam kehidupan mereka.
Di akhir pembelajaran, semua siswa mengaku senang terhadap pembelajaran yang saya sampaikan. Mulai dari mengamati, komunikasi, interaksi, hingga refleksi.
“Langsung praktik jadi lebih mudah belajar matematika,” ucap Rafli. (*)

*) Guru SMPN 1 Tebo/ Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation

Tags :
Kategori :

Terkait