JAKARTA– Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Moeldoko mengatakan dirinya tak pernah mengemis untuk mendapatkan pangkat dan jabatan.
Pernyataan tersebut langsung dikomentari Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Andi Arief.
Andi Arief bahkan menyebut dua peristiwa di mana mantan Panglima TNI itu sampai mengemis ke mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Peristiwa pertama, saat Moeldoko masih menjabat Panglima TNI tahun 2014 lalu. Andi Arief menyebutkan Moeldoko datang ke SBY meminta Marzuki Alie kembali ditunjuk sebagai Sekjend Partai Demokrat.
“Pertama, menghadap SBY gunakan baju TNI lengkap 2014 meminta marzuki ali jadi sekjen kongres Demokrat,” kata Andie Arief dikutip Fajar.co.id di akun Twitternya, Selasa (30/3/2021).
Kejadian kedua terjadi setelah Moeldoko pensiuan dari militer. Ternyata Moeldoko pernah datang untuk meminta jadi Ketua Umum Partai Demokrat
“Kedua, setelah pensiun menghadap SBY membawa map meminta posisi ketum Demokrat,” sebut Andi Arief.
Moeldoko sendiri merupakan Panglima TNI periode 2013-2015, dia diangkat oleh presiden SBY yang saat itu menjabat. Bahkan SBY pulalah yang menunjuk dia sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Sebelumnya, Moeldoko yang kini menjabat Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) mengaku tak pernah mengemis untuk mendapatkan pangkat dan jabatan.
“Saya tidak pernah mengemis untuk mendapat pangkat dan jabatan. Apalagi, menggadaikan yang selama ini saya perjuangkan, saya konsisten,” ujar Moeldoko lewat keterangan videonya, Selasa (30/3).
Moeldoko yakin prajurit TNI tidak akan mudah diprovokasi, karena selama memimpin ia selalu menanamkan kebajikan. Juga kesejahteraan, profesionalisme, dan tidak pernah membuat prajurit merintih.
“Pilihan saya ini adalah hak politik saya sebagai seorang sipil. Ketika saya bertugas di militer, tugas saya mengawal stabilitas dan juga demokrasi,” ujar Moeldoko.
Ketika bertugas sebagai panglima TNI, ia menyebut tugas besarnya adalah menjaga stabilitas dan mengawal jalannya demokrasi. TNI, kata Moeldoko, bermain di ruang sempit, tetapi dengan seni kepemimpinan yang bisa dihadapinya.
“Saat ini, saya sebagai sipil, saya tetap konsisten dengan tugas tersebut. Yaitu tugas menjaga demokrasi yang telah melekat di hati saya,” ujar Moeldoko.(msn/fajar)
Sumber: www.fajar.co.id