Bukan hanya untuk menguji mereka, tapi juga menguji segala program yang sudah kami lakukan dalam beberapa tahun terakhir. Kalau mereka tampil baik, tandanya kami di jalan yang benar dan kami punya masa depan cerah. Kalau tidak, maka kami harus mengevaluasi lagi segala program yang kami punya.
Alhamdulillah, saya yakin banyak yang sepakat kalau performa mereka lebih dari memuaskan. Kalah mereka bukanlah kalah kemampuan atau kemauan. Kalahnya adalah hal-hal di luar kontrol, plus akibat kurangnya pengalaman dan kematangan. Pengalaman di Piala Menpora akan punya dampak panjang buat mereka semua, juga untuk kami sebagai pengelola.
Kami punya fondasi baik untuk liga. Kami punya pemahaman lebih jelas harus menambah di mana, menambah yang seperti apa. Di saat tim-tim lain timnya sudah terbentuk dan mungkin sudah maksimal, Persebaya --dan klub yang menerapkan strategi serupa-- masih punya banyak opsi. Ibarat main kartu, masih banyak yang belum ditunjukkan.
Lebih jauh lagi, kami punya landasan baik untuk tiga hingga lima tahun ke depan. Fokus pembinaan bisa dipadatkan untuk posisi-posisi tertentu.
Ini semua bisa dibicarakan terbuka. Toh kartunya tetap tidak akan dibuka!
Dan yang paling utama, dan ini poin utama yang saya sampaikan kepada bos-bos besar itu: Ini akan punya dampak luar biasa untuk tim nasional Indonesia ke depan.
Direktur Utama PT Persis Solo Saestu (PSS), Kaesang Pangarep, dalam sebuah pertemuan bersama Azrul Ananda di Jakarta, pekan lalu.
Saya bahkan minta tolong kepada Pak Menpora. Kalau ke depan turnamen ini diadakan lagi, saya minta tolong dibuatkan aturan khusus supaya pesertanya semua harus menurunkan full pemain lokal.
Kami tidak mungkin melakukan itu di liga. Karena itu liga profesional, yang tentu ada pemain asingnya untuk kepentingan performa dan komersial.
Indonesia butuh turnamen atau kompetisi yang full lokal. Kalau perlu dilarang menurunkan pemain naturalisasi. Supaya pemain Indonesia bisa unjuk gigi di semua posisi.
Kalau di liga, dengan empat pemain asing, pemain-pemain lokal kebanyakan hanya jadi \"pemeran pembantu.\" Striker-nya asing. Playmaker-nya asing. Pilar belakangnya asing.
Saya kira, tidak harus jadi pakar sepak bola untuk melihat apa saja kekurangan dan kebutuhan tim nasional kita sekarang!
Kalau ada turnamen atau kompetisi yang full lokal, minimal ada ajang untuk melihat dan menilai potensi pemain-pemain lokal kita di segala posisi. Yang striker bisa lebih terasah, tidak lagi banyak menonton di bangku cadangan. Dalam olahraga apa pun, jam terbang sangat penting bukan?
Semoga saja usulan ini kelak bisa diwujudkan. Karena menurut saya ini termasuk sesuatu yang tidak sulit, bahkan praktis, untuk diterapkan. Saya paham, kadang yang sederhana itu justru lebih sulit untuk dilakukan. Apa pun alasannya.
Tapi sekali lagi, saya berharap ini bisa terwujud. Toh ujung-ujungnya untuk sepak bola Indonesia, khususnya tim nasional Indonesia, bukan? (azrul ananda)