“TNI AL bersama Polri, Basarnas, KNKT dan BPBD, serta aset-aset negara sahabat, seperti Australia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, telah berupaya dan semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan KRI Nanggala.
“Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir life support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam,” jelas Hadi Sabtu.
Menurut penuturan Kelompok Ahli Gubernur Bali Bidang Kelautan dan Perikanan, I Ketut Sudiarta, lokasi tenggelamnya KRI Nanggala-402 di laut utara Bali merupakan wilayah transisi.
Transisi yang dimaksud adalah antara Paparan Sunda yang dangkal dengan Paparan Sahul yang dalam.
“Laut utara Bali itu termasuk kategori palung laut, yang disebut sebagai palung laut Bali-Flores. Itu kan menyambung sampai ke laut Flores, merupakan laut yang dalam,” kata I Ketut Sudiarta.
Sudiarta menjelaskan laut dekat Selat Lombok kedalamannya hingga mencapai 1,3 kilometer.
Sementara itu, laut di sekitar Celukan Bawang kedalamannya sekitar 700 meter. Karena itu, semakin ke timur, laut tersebut semakin dalam dan masuk kategori palung laut.
Akademisi Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian UniversitasWarmadewa ini menjelaskan arus di laut utara Bali memang termasuk yang mendapat arus global, sehingga relatif kuat dan memutar.
Arus kuat itu karena adanya angin global ke Selat Makassar.
“Arus besar dunia ini dari Pasifik masuk ke Selat Makassar, terus ke selatan ke Selat Lombok. Nanti masuk dia ke Samudra Hindia.
“Nah, sebagai sekitar 10-20 persen dia bawa ke timur, tapi nanti dia memutar lagi. Tapi masuk lagi dia ke Selat Lombok,” tuturnya. (ral/int/pojoksatu)
sumber: www.fajar.co.id