DISWAY: Tabah 65 Atm

Selasa 27-04-2021,00:00 WIB

 

Waktu itu ia akan menerima brevet Hiu Kencana. Syaratnya harus pernah \'berlayar\' di dalam kapal selam. 

Nasaruddin memang wartawan yang lama bertugas di TNI-AL. Ia boleh tahu apa saja di situ. Tapi ia harus tahu mana yang bisa ditulis dan mana yang tidak. Nasaruddin dianggap lulus di situ. Ia mendapat penghargaan dari TNI-AL.

Waktu itu kapal selam Nanggala lagi \'parkir\' di tengah laut. Di utara kota Situbondo. Di selat Madura. Nasaruddin diterbangkan dengan helikopter dari Surabaya. Heli itu mendarat di sebuah kapal perang. 

Posisi Nanggala berada mepet di kapal perang itu. Maka Nasaruddin berjalan lewat bordes dari kapal perang ke kapal selam. Ia masuk ke kapal selam dari pintu atas di kapal itu. Dengan cara menuruni tangga yang tegak lurus.

Ruang di dekat tangga itu sempit. Hanya cukup untuk lima orang berdiri berdekatan.

Di ruang itulah penghargaan diberikan. Yakni setelah kapal Nanggala menyelam ke kedalaman 76 meter. Lalu memutar di perairan bawah laut itu selama sekitar 1 jam.

Sebagai orang yang selama 1 jam hanya di ruang sempit di dalam laut Nasaruddin terperangah ketika pertama kali memunculkan kepala ke pintu atas kapal itu. \"Saat pertama melihat kembali alam ini saya kagum. Indah sekali alam ini,\" katanya.

Berbeda dengan 53 prajurit yang beberapa hari berada di dalam kapal selam Nanggala. Mereka tidak pernah lagi melongokkan kepala muncul dari pintu atas kapal itu.

 

Mereka tewas bersama Nanggala. \'Tewas\' adalah sebutan yang dikategorikan kepada mereka. Di ketentaraan ada 4 kategori meninggal: Gugur, Tewas, Hilang dalam tugas, dan Meninggal.

Status \'gugur\' diberikan kepada prajurit yang meninggal oleh lawan. “Tewas” diberikan kepada prajurit yang meninggal saat membawa surat tugas. “Hilang dalam tugas” kalau prajurit itu tidak diketahui keberadaannya di sebuah penugasan. Status “meninggal” diberikan pada yang meninggal biasa di luar penugasan.

Prajurit 53 orang itu tewas. Mereka adalah prajurit wira ananta rudira - -tabah sampai akhir. Mereka tewas. Mereka hidup selamanya. Atau dalam istilah kebanggaan para pelaut sendiri mereka itu sedang \"beristirahat dalam angin yang tenang di laut yang indah\".

Surat penugasan mereka tidak dicabut. Mereka juga tidak mengembalikan surat tugas itu. Selamanya. Mereka menyebut diri mereka masih dalam status sedang \"patroli abadi\". (Dahlan Iskan)

Tags :
Kategori :

Terkait