Dave menganggukan kepalanya meyakinkan Soheila, dirinya juga terkejut namun Ia tidak ingin menutupi hal itu lebih lama dari Soheila, Soheila berhak tahu siapa keluarganya sebenarnya dan siapa yang terus mengincar kehidupan Soheila.
Soheila berdiri menggengam erat kertas – kertas yang baru saja membuat hatinya hancur sekaligus bahagai, Soheila berjalan menuju keluar rumah dan betapa terkejutnya ia mendapati siapa orang yang berdiri tegak di hadapan rumah, Adelard. Soheila tersenyum miris, dengan erat di mencengkram erat kertas – kertas tersebut dan mebuangnya begitu saja.
Takut, kecewa dan segalanya bercampur menjadi satu. Bahkan ia tidak tahu bagaimana mendeskripksikan perasaanya saat ini dan mengikuti permainan Adelard adalah satu – satunya jalan keluar.
Soheila berjalan pelan menuju Adelard meninggalkan beberapa langkah d hadapan mereka, sedang Ciel, Dave dan Samuel yang terlambat menyadari tak bisa berkutik kala Adelard menodongkan pistol kearah Soheila jika mereka berani mendekat.
Melihatnya Soheila tertawa getir, matanya tak berbohon bahwa ia merasa sakit hati, mengapa semuanya menjadi seperti itu, dan inikah maksud ibunya selama ini untuk selalu memaafkan siapapun yang berselisih paham dengannya, mengapa tak sedari awal, mengapa mereka tak jujur, Soheila terisak pelan.
“Jadi siapa yang harus ku panggil saat ini?” Tanya Soheila dengan tatapan kosong, “Adelard ataukah harus ku panggil kakak?” lanjut Soheila.
Adelard yang mendengar perkataan Soheila tersentak pelan, “Aku tidak tahu apa yang dikatakan ayah tentangku, namun aku tahu sekarang apa yang ibu maksud denganku.” ujar Soheila pelan.
Kali ini ia pasrah, sekarang ia tahu mengapa Adelard mengincar nyawanya, Adelard pasti merasa tersingkir dan terbuang oleh orangtunya, nyatanya tidak. Ibunya terlalu lemah untuk melawan ayahnya dalam memperjuangkan anak – anaknya hingga ibunya hanya dapat menyelamatkan dirinya dari kesalahpahaman yang terjadi pada ayahnya. Soheila tidak membenci ayahnya, hanya saja ia membenci situasi dimana ia harus menyalahkan ayahnya berulang kali.
Soheila mengeluarkan kalung yang selalu ia pakai, perhiasaan terkahir dari ibunya, sebuah kalung dengan bandul gembok yang terkunci, Soheila tidak pernah tahu apa isi bandul tersebut karna ia tidak pernah memiliki kuncinya dan Soheila tahu sekarang dimana kunci itu berada, itu ada pada Adelard.
“Kunci ini ada padamu, aku tak tahu apa isi bandul tersebut. pesan terkahir ibu ia hanya mengatakan untuk memberi kalung itu pada orang yang menjadi pemiliki kunci sesungguhnya.” Ujar Soheila setelah itu meninggalkan Adelard sendirian di halaman rumah Mariana.
Adelard menerima kalung itu dan megeluarkan gelang berbentuk kunci dari ibunya saat usianya 4 tahun, hari terkahir ia bertemu ibunya dan Soheila dalam keadaan masih bayi. Namun entah mengapa tiba – tiba ayahnya memisahkan dirinya dengan ibu dan adiknya yang baru saja lahir yang hingg saat ini terus menjadi misteri untuknya, alasan di balik apa yang terjadi selama ini.
Samuel, Ciel, dan Dave menghembuskan nafas lega, setidaknya tidak terjadi adegan tembak – tembakan yang membuat mereka barus berlaga layaknya memainkan drama Action, mereka pikir mereka akan kehilangan nyawa mereka, nyatanya masih baik – baik saja. Dan lagipula mereka adalah pria yang sangat cinta damai. Jadi jika masalah ini bisa selesai dengan kedamaian mereka tidak akan repot – repot untuk memakai kekerasan dan saat ini mereka memutuskan untuk mejadi penonton yang mengawasi agar suasana tetap aman dan damai.
Di ruang tamu Mariana terus memeluk Soheila, menenangkan Soheila yang menangis terisak, mengetahui bahwa Adelard adalah kakak kandung Soheila tentulah bukan perkara yang kecil, belum lagi Adelard yang notabenya kakak Soheila ingin menghabisi nyawa Soheila.
Semuanya terlalu tidak masuk akan untuk saat ini. (*)
Bersambung