Behind: Impossible

Kamis 27-05-2021,00:00 WIB

Keken menarik Kirana ke tempat yang lebih sepi, keadaan Keken kacau namun dirinya lebih merasa prihatian dengan keadaan Kirana, baju mini yang menunjukkan setiap lekukan tubuh Kirana dan beberapa kissmarak yang terdapat pada bahu serta leher Kirana. Melihatnya, Keken mendengus dan melempar jaketnya kepada Kirana.

“Pakai!” suruh Keken dingin. Kirana menurutinya dalam diam, melihat sisi kejam Keken, membuat Kirana menciut dan hanya mengikuti arahan Keken.

Hening beberapa saat terjadi diantara Kirana dan Keken, dengan posisi Keken membelakangi Kirana. Kirana memberanikan dirinya untuk bicara, walau dengan nada yang sedikit bergetar, Kirana berusaha berbicara dengan nada bicara biasa ia gunakan pada Keken. Songong dan terlihat benar di atas segalanya.

“Lu apaan sih kak! Lu nggak berhak ikut campur urasan gue, dan kita itu cuma sebatas teman kerja. Teman. Kerja.!” Ujar Kirana sambil menunjuk Keken dan menekankan setiap kalimatnya.

Keken berbalik kala mendengar Kirana berbicara, setelah mendengar apa yang dibicarakan Kirana, Keken terkekeh dan tertawa, seiring dengan isak tangis Keken yang juga timbul membuat Keken terlihat seperti psikopat kejam yang siap membunuh siapapun. Melihat keadaan Keken, Kirana mundur perlahan, namun usahnya terhenti akibat dinding jalan.

“Kerja? Apa yang udah lo kerjain Kir?! Pernah kerja apa aja Lo sama gue?!” Ujar Keken dengan suara getir, “Lo tahu Kir, sejak awal gue kenal sama lo, gue nggak pernah suka sama lo, kelakukan lo, sifat lo, itu semua bikin gue muak!” Ucap Keken dengan suara yang bergetar menahan tangis.

“Kalo aja gue bisa, gue nggak mau ikut campur urusan lo, andai aja gue bisa, gue bakal biarin lo tetep sama bajingan tadi, tapi gue nggak bisa kir! Gue nggak bisa!” Ujar Keken emosi, entah mengapa mengingat Kirana dan bajingan tua tadi membuatnya kembali tersulut emosi.

“Gue punya adek kir, gue punya ibu, mereka perempuan Kir, dan gue juga perempuan Kir. Apa lo nggak pernah ngehargain diri lo sendiri? Bisa – bisanyalo ngebiarin bajingan tadi ngecumbu lo sesuka dia?! Otak lo dimana sih Kir!” Kali ini Keken menatap Kirana dengan raut tak terbaca, kecewa, marah, sedih, emosi bercampur aduk menjadi satu membuat Keken tak tahu bagaimana kali ini mengungkapkan apa yang Keken rasakan.

“Lo butuh apa Kir sampe lo ngejual diri lo sendiri, Uang? Nafsu? Atau apa Kir? Bilang ke gue, biar gue cariin kerja dibanding lo ngejual diri?!”

Kirana terisak mendengar perkataan Keken, Keken tidak salah, semua perkataan yang Keken lontarkan pada Kirana adalah kebenaran, namun entah mengapa mendengarnya membat Kirana tetap merasa sakit hati dan tersinggung, selama ini tidak ada yang peduli dan protes terhadap apapun yang Kirana lakukan, namun kali ini Kirana merasa tertempar dengan seluruh kalimat Keken.

Melihat Kirana mengangis, membuat Keken iba. Ah, terkadang menjadi orang yang terlalu peduli seperti Keken memang sangat merepotkan, namun dilain sisi Keken tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Dengan lembut Keken merengkuh Kirana, menepuk pelan punggung Kirana dan sesekali mengusap kepala Kirana lembut.

Setelahnya Keken mengajak Kirana pulang menuju kos-kosannya, untuk malam ini Keken akan mengalah pada egonya yang sejujurnya tidak terlalu menyukai Kirana. Walau menurutnya Kirana salah, Keken tidak dapat mengabaikannya begitu saja, Kirana sangat mirip dengan gambaran masa lalu Keken, karena Kirana, tanpa terasa luka lama kembali Keken rasakan untuk kesekian kalinya. (*)

Bersambung

 

 

 

Tags :
Kategori :

Terkait