“Masa lo nggak tau sih Tsa, biasaaa,” Ucap Doni.
“Sekarang gue tahu kenapa Keken sama Kirana bisa jadi akur gini, dan Kirana mendadak baik gitu.” Sambung Reno.
“Heran deh gue, baik salah, jahat salah,” Ujar Kirana menghembuskan nafas lelah. “Mana gue di omongin udah kek nggak ada gue aja disini.” Lanjut Kirana lagi pasrah.
“Lebih bagus Kir, jadi kita nggak nambahin dosa ngegibah di belakang lu,” Ujar Sanu sambil cengengesan.
“Suka – suka lu pada aja dah!” Pasrah Kirana.
“Jadi?” Tanya Keken bingung.
“Nih Liat!” suruh Reno pada Keken untuk melihat video yang terputar di ponselnya diikuti oleh Kirana, Mala dan Tsana.
Vidio itu berisi peristiwa Mala dan Kirana yang terjadi kemarin malam, Keken yang melihatnya sedikit bersyukur bahwa hanya kata – kata bajingan saja yang terdengar jelas dari mulutnya tidak dengan perkataan yang lain.
“Owh…jadi gara – gara ini,” Ucap Mala dan Tsana kompak. Kirana hanya menundukkan dalam kepalanya, malu. Tak habis pikir mengapa video dirinya dan Keken bisa beredar luas.
“Ga usah nunduk gitu Kir, lagian lo nggak patut disalahkan juga. Kalo sekarang lo udah berubah mah kita semua mah biasa aja.” Ujar Reno menyamangati Kirana. Kirana tersenyum tipis mendengarnya.
“Lagian buat apa sih nengok yang lalu, kita tu hidup kedepan, jadi fokus aja yang sekarang sama yang mau nanti datang.” Ujar Mala lagi.
“Yaps, jangan takut Kir buat ngadepin omongan orang, yang namanya kata nggak pernah selesai. Jadi ya udahlah, biarin aja.” Ujar Sanu menimpali.
“Tumben bijak,” komentar Keken.
“Tau tu biasa juga sok bijak.” Timpal Tsana.
“Nistain aja gue terus, ridho dunia akhirat gue.” Ujar Sanu sambil menyentuh dada kirinya seolah ia tersakiti.
“Udah guys, Caps pulang gue mau ketemu istri,” Ujar Doni.