JAKARTA – Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Profesor Musni Umar ikut mengomentari rencana pemberian gelar profesor kehormatan Megawati Soekarnoputri.
Menurut Musni Umar, sangat sulit untuk tidak mengaitkannya dengan kepentingan politik.
Akan tetapi, Megawati mendapat perlakuan berbeda dari Universitas Pertahanan (Unhan). Gelar profesor kehormatan itu rencananya akan diberikan kepada Presiden Kelima RI itu pada Jumat (11/6).
“Untuk jadi gurubesar itu harus punya karya banyak, dan harus doktor dan lain-lain,” ujarnya kepada RMOL (jaringan PojokSatu.id), Kamis (10/6/2021).
Ia menyatakan, gelar profesor saat ini sangat sulit didapatkan dan harus ditebus dengan usaha ekstra.
Mulai dari memperbanyak karya di jurnal internasional, hingga harus mengajar sebagai dosen minimal 10 tahun.
“Kalau dari akademisi itu tidak mudah mendapatkan gelar profesor, sekarang bergelar master pun sulit bukan main,” ungkapnya.
Ia mengamini rencana pemberian gelar kepada Megawati itu menuai pro dan kontra.
Namun demikian, hal tersebut dinilai wajar di Indonesia yang menganut demokrasi. “Kalau untuk penghargaan kepada beliau (Megawati) ini kan sifatnya penghargaan, tentu ada pertimbangan politik. Karena kan beliau mantan Presiden,” jelas Musni Umar.
Adapun pemberian gelar profesor bagi dosen tidak tetap tidak hanya terjadi kali ini.
Sebelumnya, beberapa tokoh juga pernah mendapat gelar seperti yang akan diberikan kepada Megawati.
“Ada dulu Chairul Tandjung juga pernah mendapat gelar profesor, padahal enggak pernah mengajar (bukan dosen tetap). Kemudian Wakil Presiden Maruf Amin juga,” sambungnya.
Oleh karenanya, pemberian gelar profesor kepada Megawati ia serahkan kepada publik untuk menilai.
“Ini negara demokrasi, baik buruknya ya itu masing-masing penilaian orang, kan beda-beda,” tandas Musni Umar. (Pojoksatu/fajar)
Sumber: www.fajar.co.id