“Kamu anak siapa sih Cipta? Perasaan ayah nggak gimana –gimana banget gitu waktu kamu kecil, sampe gedenya kamu jadi senewen gitu,” Komentar ayah yang sepertinya lupa berkaca untuk melihat dirinya. Cipta itu jiplakan paling sempurna dari ayah, wajah dan sifat yang benar – benar mirip membuat Ayah dan Cipta terlihat menyerupai Kakak dan Adik, bahkan tidak perlu lama untuk mengetahui Cipta adalah anak dari ayah melihat kemiripan mereka.
“Kalo Ayah nggak mau Cipta jadi anak ayah, Cipta jadi anak bunda aja,” Ujar Cipta. “Ayo Bunda, kita cari ayah baru,” Ajak Cipta pada Bundanya sambil tertawa renyah.
“Kalian itu sama aja, nggak ayah, nggak Cipta, dua – duanya sama sama senewen, nggak ada normal – normalnya jadi orang, lama – lama deket kalian bunda juga jadi ikutan senewen rasanya.” Ujar Bunda melihat kelakuan ayah dan Cipta yang selalu di luar akal, pantas saja klop, toh, tidak ada bedanya antara anak dan orangtua.
“Jangan cari ayah baru bunda, lebih baik kita buat anak baru,” Ucap ayah tiba – tiba tersenyum manis merayu bunda, oke, untuk ini Cipta masih kecil, tidak paham maksud ayah.
“Cipta nggak denger, Cipta masih polos, masih bocil,” ujar Cipta dengan wajah yang dibuat sepolos mungkin.
Bunda tersenyum kecil, tanda bahaya untuk Cipta dan Ayah, “Berangkat sekarang sebelum bunda buat kalian nggak bisa keluar dari rumah,” Ujar Bunda pelan namun terasa mematikan.
Jangan lupakan, senyum bunda memang selalu manis, untuk Cipta dan ayah, bunda terasa seperti malaikat. Namun bunda juga manusia, yang jika marah, medusa pun kalah, lagipula cubitan dan jeweran bunda itu tidak kalah panas dan sadis dari sensasi drama di TV.
****
Kata Bunda, kalo mau liat orang lain senyum sama kita, coba senyum lebih dulu. Dan sebagai fans bunda nomor satu, Cipta selalu senyum lebih dulu untuk orang lain, entah itu teman, oranglain, atau sekedar pengendara yang lewat didepannya, Cipta akan selalu tersenyum untuk siapapun. Senyum Cipta itu istimewa, karismanya selalu membuat orang disekitarnya ingin melihat senyum itu selalu, namun tidak menjadi candu. Seperti memberi rasa nyaman namun tidak membuat ketergantungan, layaknya ada ketika dibutuhkan dan tiada kala merasa itu sudah cukup, unik, sama seperti Cipta.
Dibonceng oleh ayah ke sekolah dengan motor tua kesayangan ayah yang suaranya benar – benar membuat kita ingin menutup telinga merupakan kegiatan favorit Cipta tiap kali ia harus berangkat sekolah. Tak masalah, walau sudah memasuki tahun akhir di sekolah menengah atasnya Cipta masih saja diantar oleh ayahnya, tidak seperti teman – temannya yang sudah memiliki kendaraan sendiri. Bukan tidak mampu, namun jalan yang Cipta tempuh bersama ayah jauh lebih memiliki arti tersendiri untuk Cipta. Cipta sampai depan di gerbang sekolahnya, seperti biasa, Cipta mencium tangan ayahnya sebelum pergi.
“Belajar yang bener, biar bisa sukses,” Ingat Ayah pada Cipta, Cipta hanya tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Ayah.
“Cipta,” Panggil Ayah tiba – tiba kala Cipta sudah memasuki gerbang sekolah, Cipta berbalik dan menatap Ayah.
“Cipta tahu kan, Ayah sayang Cipta,” Ujar Ayah pada Cipta, Cipta merasa heran namun tidak terlalu memikirkan alasan mengapa ayah tiba – tiba mengatakan itu.
“Ayah tahu kan, Ayah selalu jadi pahlawan Cipta,” Dengan kalimat dan nada bicara yang sama Cipta membalas perkataan ayah, setelahnya Cipta segera pergi tidak lagi menengok ke belakang, walau tidak mengatakan secara gamblang seperti ayahnya bahwa Cipta juga menyayangi ayahnya, Ayah pasti tahu betapa Cipta sungguh mencintainya, satu – satunya sosok pahlawan super hero paling hebat untuk Cipta.
Cipta melihat Windi tengah berjalan sendirian, dengan buku di sisi tangan kanannya, khas windi sekali, dimana ada windi, disitu ada buku. Cipta berniat menghampiri Windi, namun niatnya didahului oleh Windi yang segera menghampirinya.
“Bahagia pagi ini Cipta,” Ujar Windi seperti biasanya, sejak Windi dan Cipta bersama, entah bersama untuk apa Cipta juga tidak dapat menjelaskannya, seperti teman namun terjebak oleh perasaan, bukannya tidak terbalas hanya tidak terikat saja, terlalu gamang untuk digapai, namun pasti terasa nyata.