Kamis 08-07-2021,00:00 WIB

Satu alasan mengapa Saka selalu beruntung dapat mengenal dan bertemu Cipta di toko sepatu bekas yang tidak jauh dari tempat Saka biasa latihan basket. Pertemuan menjelang malam yang menjadi malam favorit Saka. Sejak itu, malam terasa menyeramkan untuk Saka, tidak ada yang lebih menakutkan selain kehilangan jawaban pada kehidupan penuh tanya.

“Kenapa lo nggak di panggil Rafia atau Aksel? Kenapa harus Cipta? Padahal nama lo keren Cip, coba nih ya, kek, Woi Aksel, sini dong!” Tanya Jeje, “Iya nggak Ka,” Ujar Jeje meminta persetujuan Saka.

“Nggak ada alasan khusus kenapa gue pengen dipanggil Cipta, tapi seandainya gue harus punya jawaban karena gue Cuma pengen jadi Cipta doang. Rafia itu punya arti yang bener – bener baik, penyayang, tulus, setia, gue merasa beban kalo dipanggil gitu, apalagi kalo dipanggil Aksel, Aksel itu artinya Damai, Gue aja orangnya kebanyakan tingkah. Sedangkan Cipta itu artinya kalbu, Kalbu itu ya kayak udara, mengalir aja, cukup tau sekarang peran dan posisi dia apa,” Jawab Cipta.

“Lo sendiri Ka, kenapa nama lo Saka?” Tanya Jeje lagi pada Saka,

“Kepo aja lo,” Sewot Saka,

“Ya, Biasa aja lah Sakakuddin,” Ujar Jeje sambil memukul belakang kepala Saka. Saka tidak terima kepalanya dipukul oleh Jeje dan kembali memukul kepala belakang Jeje.

“Main pukul aja lo, kalo gue goblok gimana?!” kesal Jeje.

“Lah gimana kepala gue tadi?” Jawab Saka tak terima.

“Lo kan emang goblok sedari lahir,” Ucap Jeje.

“Kayak lo nggak aja,” Balas Saka.

Di tengah perdebatan antara Saka dan Jeje, “kalo bisa request gue pengen punya nama anonim gitu, biar keren, biar dikira kagak ada identitas.” Sahut Cipta tiba – tiba. Kompak, Saka dan Jeje memukul kepala belakang Cipta secara bersamaan.

“Dia gobloknya murni dari lahir,” Kometar Jeje

“Senewennya juga udah kadar nggak main – main,” sambung Saka.

Setelah itu pergi meninggalkan Cipta sendirian di lapangan basket menuju warung Bi Jam. Dan Cipta menatap bingung serta tengah bertanya – tanya, siapa yag Saka dan Jeje maksud, hingga akhirnya ia sadar bahwa itu dirinya.

“WOI! TUMAN LO PADA!” Teriak Cipta yang dibalas tawa keras oleh Saka dan Jeje.

“DAN BERHENTI MANGGIL GUA CIP, LO PADA PIKIR COKOCIP” Protes Cipta lagi, sedang Jeje dan Saka hanya berlalu pergi tanpa peduli apa yang terjadi.

Tags :
Kategori :

Terkait