“Psttt!”
“Pssttt”
Saka dan Jeje merasa terpanggil dengan suara bisikan yang sangat dekat dengan mereka, Jeje celingukan mencari asal darimana suara itu, begitupula dengan Saka, menghentikan adegan drama tangis tanpa air mata mereka sesaat. Dan dibalik tanaman hias palsu yang berjarak lima langkah dari meja Jeje dan Saka, ada Cipta yang berusah menyembunyikan wajahnya.
Bukan tanpa alasan mengapa Cipta bersembunyi, melihat drama gadungan yang diperankan oleh Jeje dan Saka membuat Cipta tak ingin dicap gila oleh orang sekitar mereka, cukup Jeje dan Saka saja, dirinya tak perlu terlibat lebih jauh. Melihat Jeje dan Saka sudah berhenti berteriak dan menangis layaknya orang lain, Cipta keluar dari persembunyiannya.
Melihat gelagat Cipta, tentu saja Jeje dan Saka tahu bahwa Cipta tengah menghindar untuk tidak terlihat bersama mereka, tapi bukan Jeje dan Saka namanya jika tidak usil. Setelah Cipta keluar dari persembunyiannya, dengan kompak Jeje dan Saka menarik Cipta ke pelukan mereka dan menangis tanpa air mata lagi sambil meneriakkan nama Cipta.
“CIPTAAA!!!” Teriak Jeje dan Saka dengan suara keras, membuat perhatian pengunjung kafe kembali kearah mereka.
“Eh busyet! Lo berdua pada kenapa sih, sadar woi, sadar, gue masih pengen di cap normal bukan orang gila,” Ucap Cipta sambil menepuk punggung Jeje dan Saka bergantian, bukan untuk menenangkan, hanya saja Cipta kehabisan nafas dipeluk terlalu erat.
“Cip, entar kalo kita udah tamat sekolah, jangan lupa sama kita – kita ya Cip, bareng terus woi biar sukses bareng juga,” Ujar Jeje masih dengan menangis tanpa air mata.
“Terus lo berdua, kalo udah punya cewe jangan lupa kalo kita temen, jangan tuman lo lo pada,” sambung Saka dengan eksperesi yang tidak kalah jauh sedih dari Jeje, bertahan, masih tanpa air mata.
Memang dasar Cipta yang terlalu sensitife atau memang Cipta, Jeje dan Saka terlahir klop untuk memalukan diri bersama – bersama, Cipta turut meneriakkan nama Jeje dan Saka serta menangis tanpa air mata.
“JEJEEE!!!! SAKAA!!! WE ARE BEST FRIEND FOREVER!!!” Teriak Cipta, kali ini tawa seluruh pengunjung kafe pecah, bagaimana drama kesedihan anak muda ini tercipta sangat mengundang haru sekaligus tawa, tidak ada yang pernah tau apa itu benar – benar arti setia, hanya saja jika disuruh melakukannya, yang Cipta, Jeje, dan Saka akan lakukan hanya terus bertahan untuk bersama. Dibalik konyolnya wajah Cipta, Jeje, dan Saka, serta tingkah mereka yang terlalu nyelenah dan amburadul, ada perasaan tulus yang tak pernah bisa diciptakan oleh orang selain mereka. Sama seperti senyuman bunda, tingkah Jeje dan Saka adalah hal yang selalu ingin Cipta lihat dan simpan jauh dilubuk hatinya paling dalam. (*)
Bersambung