Luasan kebun durian di Malaysia mencapai 72.000 hektare. Itu sama dengan seluruh Singapura ditanami durian.
Melihat musim durian di Malaysia seperti itu sebenarnya kesempatan besar bagi kita. Yang musim duriannya November-Desember-Januari.
Pasar ekspor sudah dibentuk oleh Malaysia (dan Thailand). Kita tinggal menungganginya.
Suatu saat kelak. Kalau durian kita sudah meroket.
Harapan itu selalu ada. Beberapa orang sudah sangat serius terjun ke dunia durian. Mulai yang kecil seperti di Tegal itu: Yanto Sodri. Sampai yang besar seperti yang di Bangka itu: Djohan Aping.
Dan jangan lupa: Gusti Ngurah Wisna. Yang berhasil menyelamatkan kebun durian yang dirintis BUMN. Di Sukanegara, Sukabumi.
Hampir saja proyek buah tropis BUMN itu mengikuti masa jabatan kabinet. Sampai datanglah pengusaha Jakarta asal Bali itu.
Gusti kini lebih banyak menghabiskan waktunya di kebun durian. Real estate-nya sudah ada yang mengurus. Lima rumah sakit besarnya sudah lancar. Tiga anaknya, semuanya, sekolah di Australia.
\"Di kebun tidak ada Covid,\" candanya.
Gusti sudah biasa naik mobil dari Jakarta ke Sukanegara. Lewat Puncak dan Cianjur. Lalu mengarah ke Sukabumi. Sebelum sampai Sukabumi naik ke selatan.
Di Sukanegara itu Gusti tidak hanya meneruskan yang sudah ditanam oleh BUMN. Juga mengembangkannya. Memodernisasikannya. Memperbanyak tanamannya. Menambah varietasnya.
Di kebun Sukanegara itu Gusti sudah memiliki 34.000 pohon durian.
Dari angka itu sebenarnya Gusti sudah mengalahkan Malaysia. Bahkan dunia. Tidak ada perorangan pengusaha durian di Malaysia yang punya pohon sebanyak itu.
Maka kalau saja ada 10 Gusti di Indonesia, jadilah kita raja durian. Mengalahkan Malaysia. Seperti Pak Harto mengalahkan Malaysia –di bidang kelapa sawit. Yang awalnya seperti mustahil –saking dominannya Malaysia di puncak kelapa sawit.
Gusti sudah pula memasuki teknologi budidaya. Durian di kebunnya mayoritas memang jenis montong. Tapi montong yang sudah dikoreksi. Sudah menjadi montong Indonesia. Sudah dimasukkan unsur rasa baru di dalamnya. Termasuk unsur gas durian.
Jangan tanya saya: seperti apa rasa montong Indonesia itu –saya sendiri baru bisa menuliskannya.