“Kita nggak bisa ngatur kemana hati kita bakal berlabuh, aku nggak bisa ngelarang Cipta untuk berhenti suka sama aku, dan aku nggak bisa maksain perasaan aku buat dia. Baik aku dan Cipta sama – sama tahu, bertahan bersama itu cuma bakal buat luka. Pasti bakal ada pihak yang merasa kecewa, tapi kita ini manusia Saka. Ada saatnya nanti kita bakal sembuh dari rasa kecewa itu, untuk luka sekecil ini, yakin sama aku, Cipta jauh lebih kuat dari yang kamu bayangkan.” Windi menarik pelan Saka dalam pelukannya. Meyakinkan Saka, bahwa semuanya akan tetap sama, tidak akan ada yang berubah.
Saka membalas erat pelukan Windi, mungkin Cipta memang terluka, Cipta kecewa dan bisa saja merasa bahwa Saka adalah teman yang mengkhianatinya. Tapi, seolah ada sudut kecil hati Saka yang mengatakan bahwa Cipta tidak akan seperti itu, semuanya akan tetap sama, pertemanannya, hari – harinya, dan waktu dirinya bersama Windi. Apa yang perlu Saka khawatirkan, jika Cipta dan Windi saja sudah sama – sama melepaskan. Saka berterimakasih pada Cipta, karena telah membuka jalan untuk dirinya bersama Windi dan bersyukur kepada tuhan bahwa dirinya masih diberikan kesempatan untuk memperjuangkan wanita yang ia cintai.
“Ya, semuanya bakal baik – baik aja,” Gumam Saka pelan. (*)
Bersambung