JAKARTA — Indonesia selalu mencatatkan rekor kematian lebih dari seribu jiwa perhari akibat Covid-19. Paling rekor pernah terjadi pada Kamis (22/7) yakni 1.566 jiwa.
Namun nyatanya, kasus Covid-19 harian yang tercatat oleh pemerintah hanya 50 ribu sehari. Kenyataan di lapangan, menurut hitungan epidemilogi sesungguhnya bisa 120 ribu kasus per hari. Sayangnya, testing yang rendah di Indonesia membuat kasus-kasus yang terselubung di masyarakat belum ditemukan.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan tingginya angka kematian diperparah dengan tak tertampungnya pasien di pelayanan kesehatan, termasuk IGD dan juga ICU. Selain itu, kata dia, tingginya angka kematian menjadi indikator keparahan pandemi.
“Angka kematian itu adalah indikator keparahan pandemi. Dan kematian inilah yang saya sampaikan berkali-kali, ketika kasus harian terlihat menurun, harusnya hati-hati dalam membaca angka kasus harian. Membaca kasus harian harus disikapi hati-hati, tes kita rendah sehingga membuat klaim terhadap kasus harian menurun,” tuturnya
“Bahkan indikator lainnya jadi kurang valid dan akurat. Angka kematian tinggi seribu ini kan sudah beberapa waktu lalu ya. Angka kematian naik karena angka infeksi tak terkendali,” tambahnya.
Maka Dicky menegaskan, jika kasus harian terlihat turun namun di satu sisi angka kematian tinggi, itu menjadi suatu data yang tak masuk akal.
Artinya, kondisi di lapangan kasus Covid-19 bisa lebih tinggi dan lebih parah hanya saja tak terjaring oleh tes karena testing yang rendah.
“Jika dihitung asumsi paling rendah saja dengan R0 (angka reproduction number hanya 1,1, maka dengan kematian lebih dari seribu jiwa kenyataannya di lapangan bisa 120 ribu kasus infeksi. Namun mereka tak terjaring oleh tes, karena tesnya rendah,” tegasnya.
’’Artinya ketika ada kasus seribu kematian dan itu mulai terjadi 3 minggu lalu, sejak itu pula di Indonesia per harinya sudah ada 120 ribu kasus. Padahal saat itu yang tercatat hanya 10 ribu karena testing kita masih rendah. Kesimpulannya, ketika kasus hariannya rendah di bawah 50 ribu tapi di sisi lain kasus kematiannya tinggi, itu enggak masuk akal. Testing itu menemukan kasus, dan sebuah prestasi,” tuturnya. (jpc)
Sumber: www.fajar.co.id