Rabu 04-08-2021,00:00 WIB

“gue apa lombanya?”

“Dua – duanya,”

“Biasa aja,”

“Ketahuan kalah,” seiring dengan suara Jeje tersebut dapat Cipta dengar gelak tawa yang menggema setelahnya.

“Ck, kemampuan lo ternyata emang nggak ada apa – apanya,” Komenter Jeje jahat. “Congratulations lose loser,” sambung Jeje dengan gelak tawa yang lebih kencang.

Cipta tersenyum senang, tawa Jeje itu seperti musik penenang, siapapun yang mendengarnya pasti turut ikut tertawa, begitu renyah dan candu. “Jemput gue ya entar!” pinta Cipta pada Jeje.

“Santai, kabarin aja, lo berangkat kapan?” tanya Jeje

“15 menit lagi,” Jawab Cipta, “Sip, titip salam sama Magenta, gue tutup!” tutup Jeje setelahnya hanya terdengar suara tut – tut – tut tanda telpon mereka terputus. Cipta mengembalikan ponsel yang ia pinjam kepada Magenta, “Makasih,” Ujar Cipta, Magenta menganggukkan kepalanya, setelahnya suara pengumuman keberangkatan dari pengeras suara bandara. Magenta dan Cipta bergegas check – in, dan waktunya pulang.

***

Jeje senang mendengar bahwa Cipta pulang lebih cepat dari perkiraannya, hanya sehari, terimakasih untuk Magenta dan kedua orangtuanya. Jeje segera melajukan motornya menuju rumah Cipta, saat Cipta tadi menelponnya, Jeje tengah membeli beberapa dekorasi ruangan untuk ia pasang di kamar Cipta, sebagai hadiah sambutan kekalahan Cipta. Harusnya hal ini juga untuk Magenta, namun Jeje tahu bahwa Magenta akan segera menemui orangtuanya.

“Bunda,” panggil Jeje saat sampai di rumah Cipta, bunda Cipta segera menyambut Jeje, diteras ada ayah Cipta yang sedang membaca korannya dengan sebuah kopi di sampingnya.

“Udah Je?” tanya bunda, “Udah dong bun!” jawab Jeje semangat mengacungkan jempolnya sembari menunjukkan barang – barang belanjaannya.

“Lagian nian banget sih,” komentar bunda, “Iya dong bun, biar kalah tetep harus dirayakan.” Jumawa Jeje senang, bersemangat untuk menyambut kepulangan Cipta.

Jeje memakirkan motornya di halaman rumah Cipta, menutup pagar rumah Cipta kembali, sedang bunda sudah lebih dulu masuk kedalam rumah, tersisa ayah yang menatapanya tak habis pikir. “Pantes sih Cipta klop banget sama kamu, toh, kamu nggak beda jauh senewennya dari dia.” Ujar ayah geleng – geleng kepala.

“Jahat banget sih yah,” Jeje memegangi dadanya seolah ia benar – benar terluka dengan perkataan yang dilontarkan ayah, tak ingin menonton adegan drama Jeje lebih lama, Ayah menyuruh Jeje untuk segera pergi dari hadapannya, “Masuk sana, jangan lupa makan! Bunda masak banyak,” suruh Ayah, “Siap ayaahh!!!” Girang Jeje segera memasuki rumah Cipta, sebelum ke kamar Cipta ada satu tempat yang wajib Jeje singgahi, dapur dan aneka masakan bunda.

Jeje mengambil satu pisang goreng yang sebagiannya masih dimasak oleh bunda, “Bun, buat kue kering nggak?” tanya Jeje pada bunda, “ada, di rak bawah,” tunjuk Bunda pada Rak bawah lemari penyimpanan makanannya.

Tags :
Kategori :

Terkait