Sabtu 14-08-2021,00:00 WIB

“Temani adek ke belakang, adek ingin buang air.” Jelas Putri.

“Jangan lama, abang nggak mau digigit nyamuk lama – lama,”

Setelahnya, Ginanja dan Putri berjalan beriringan kearah belakang, Ginanja menunggu di luar kamar mandi selagi Putri melepas hajatnya. Ginanja menatap sembarang arah, hingga pandangannya jatuh pada pakaian – pakaian saudaranya yang tergantung di jemuran. Ini jemuran kemarin sore, namun tidak ada yang mengambilnya, pasti ibunya lupa mengambil jemurannya selepas bekerja. Ginanja mengambil jemuran yang masih terjemur, dan tepat selesai ia mengambil jemurannya, selesai pula Putri.

“Mau Putri bantu bang?” Tanya Putri melihat Ginanja yang tengah sedikit kesusahan menahan pakaian di tangannya.

“Tak perlu, ayo masuk dan segera tidur.” Suruh Ginanja, yang langsung dipatuhi oleh Putri. Putri masuk ke kamarnya yang juga kamar kakaknya, begitupula Ginanja.

Ginanja melipat pakaian yang baru saja ia ambil dari jemuran, terasa dingin dan sedikit basah. Mungkin nantinya pakaian yang Ginanja lipat ini akan berbau apek, setidaknya itu lebih baik dibanding dijadikan kain lap oleh kakaknya. Ginanja itu tujuh bersaudara, dan ia adalah anak enam yang dilahirkan oleh ibunya.

Saka Abimanyu, Ginanja dan suadaranya kerap memanggil dengan sebutan Bang Saka. Bang Saka itu anak tertua, selepas Ayah dan bertanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga, Bang Saka termasuk orang yang menopang banyak tiang kehidupan kelurganya di rumah. Ginanja selalu menghormati Bang Saka, jika itu Bang Saka, Ginanja akan selalu mengalah. Bang Saka bukanlah tipe – tipe abang yang selalu peduli, selama Bang Saka merasa semuanya baik – baik saja, maka Bang Saka tidak akan repot – repot untuk mengurusi atau sekedar bertanya seperti, apa yang terjadi?

Anak kedua Ibu dan Ayah adalah seorang perempuan, namanya Nur Aida, panggilanya Kak Nur. Sesuai namanya, Kak Nur itu layaknya Cahaya, dikeluarganya Kak Nur yang mengatur segalanya jika Ayah pergi bekerja dan ibu sedang tidak baik – baik saja. Kak Nur memiliki sifat pengatur yang sangat mendominasi, terkadang sesekali Ginanja ingin menyuruh Kak Nur mengurangi sifat pengaturnya itu, tapi Ginanja cukup tahu diri, dirinya bukanlah lawan yang sepadan untuk Kak Nur. Selain tubuh Kak Nur yang gempal dan besar, tenaga Kak Nur jika dihiperbolakan setara dengan tenaga banteng.

Resenja Aditiana dan Rembulan Aditiana, anak ketiga Ayah dan Ibu adalah sepasang perempuan kembar. Mbak Senja dan Mbak Bulan, ayah selalu pintar memberikan nama pada putra dan putrinya. Ginanja pernah mendengar bahwa dibalik nama sepesang putri kembarnya, Ayah mengaharapkan sesuatu yang besar. Ginanja tidak pernah tahu, apa harapan itu, kerap kali Ginanja bertanya, Ayah hanya berkata itu rahasia. Katanya jika Ginanja tahu, arti nama itu tidaklah lagi terlalu berarti.

Anak kelima Ayah dan Ibu adalah laki – laki, Bang Gangga. Nama lengkapanya Aditya Gangga. Sebenarnya Bang Gangga sering dipanggil dengan nama Adit, entah untuk alasan apa, satu hari selepas pulang ke rumah, Ginanja memanggil nama Bang Gangga dengan Adit, dan Ginanja dihadiahi satu bogeman mentah oleh Bang Gangga. Sampai sekarang Ginanja tidak tahu alasan dibalik tinju ke wajahnya itu. Sejak saat itu tidak ada yang pernah memanggil Bang Gangga dengan nama Adit. Bang Gangga dan Ginanja juga tidak terlalu memiliki hubungan yang baik, entah sejak kapan, Ginanja tidak dapat memastikannya, dirinya merasa bahwa ia dan Bang Gangga semakin lama semuanya terasa semakin canggung dan jauh. Entah itu perasaan Ginanja saja, Ginanja tidak tahu

Dan anak keenam tentu saja dirinya, Ananda Ginanja. Tidak ada yang perlu diketahui dari Ginanja, karena Ginanja hanyalah Ginanja, ia manusia sederhana yang merasa cukup dengan segalanya. Lagipula, Ginanja tidak tahu apa yang pantas diceritakan dari dirinya, jadi mari lewatkan seorang Ginanja.

Dan terkahir adalah Putri, Sarena Putri Jingga. Satu – satunya anak Ayah dan Ibu yang memiliki nama dengan tiga suku kata. Nama itu tidak diberi oleh Ayah, nama itu diberi oleh Bude, Adik dari Ayah. Nama Putri Indah, seiras dengan wajah ayunya, sayangnya Putri bukanlah bentuk kesempurnaan, sisi lain Putri adalah sebuah sigsana ratu penguasa. Layaknya anak bungsu seperti biasanya, Putri itu benar – benar menguasi segala orang di rumah, termasuk Ginanja sendiri. Tahta tertinggi dalam rumah, jika ditelisik lebih jauh bukanlah Ayah atau Ibu, namun Putri.

Di kelurganya hanya tinggal Putri yang masih bersekolah, Putri duduk di kelas 2 SMA di kampungnya. Ginanja sudah tamat sekolah setahun yang lalu. Jarak usia Ginanja dan Putri tidaklah jauh, hanya terpaut satu tahun. Sedang Jarak Ginanja dengan suadara lainnya, terpaut cukup jauh, misalnya saja, Ginanja dan Bang Gangga, jarak mereka terpaut lima tahun.

Selesai dengan pemikiran tentang saudaranya, Ginanja terhenyak pelan dari kegiatannya. Suara adzan subuh yang terdengar menandakan bahwa tak lama lagi fajar akan segera tiba. Ginanja selesai dari melipat pakaiannya, dibukanya jendela kamarnya dan terduduk Ginanja di tepi kasurnya.

Ginanja merebahkan dirinya, matanya mulai mengantuk, akhirnya Ginanja bisa tidur. Namun, belum sepenuhnya ia menutup matanya, Ginanja sudah harus dibangunkan dengan teriakan cempreng Kak Nur.

“GINANJA!!! BANGUN! SUBUH DULU SANA!”

Tags :
Kategori :

Terkait