Minggu 15-08-2021,00:00 WIB

Pagi – pagi saja, Ginanja merasa emosinya terkuras habis!

***

Ginanja tengah duduk di teras rumahnya, dengan sebuah goreng pisang buatan Kak Nur. Masih pukul sepuluh pagi, sejujurnya Ginanja sangat ingin tidur, dirinya benar – benar mengantuk. Tapi orangtua Ginanja terutama Ayah selalu marah jika mendapati anak – anaknya tidur pagi. Jadi mungkin setelah zuhur saja Ginanja akan tidur, itupun jika bisa, jika tidak yang bisa apa, Ginanja bukan anak raja yang bisa tidur kapan saja.

Ginanja asyik berleha – leha di teras rumahnya, padahal di kampungnya pantang seorang laki – laki yang sudah tamat sekolah berleha- leha di rumah. Wanita di kampungnya saja jika sudah tamat sekolah wajib bekerja, minimal ikut membantu orangtuanya di sawah. Ginanja bukannya tidak mau bekerja, hanya saja Ginanja bingung ingin bekerja apa, lagipula jika dirinya pergi ke kebun yang ada ia hanya dimarahi oleh saudara – saudara perempuannya, bukannya membantu, Ginanja malah merusuh. Sebab itu, Ginanja bertugas menjaga rumah, memasak, dan mengantarkan makan siang ke kebun. Walau Ginanja laki – laki, dirinya cukup berbakat dalam memasak.

Ginanja melihat Putri yang berjalan kearah rumah, Ginanja melihat jam kembali, memastikan sekali lagi bahwa ia tak salah melihat jam. Mengapa Putri pulang padahal sekolah seharusnya usai jam setengah satu siang. Apa Putri bolos sekolah? Jika benar, siap – siap akan Ginanja ceramahi hingga telinga Putri kebas sendiri mendengarnya.

“Heh, kenapa pulang? Kamu bolos?!” Tanya Ginanja saat Putri sudah berdiri di hadapannya.

“Putri bukan abang, yang sekolahnya cuma – cuma nggak ada guna!” Jawab Putri santai.

Ginanja sedikit merasa tertohok dengan perkataan Putri. Memang benar, Ginanja tidak memiliki otak seencer Putri untuk memahami pelajaran akademik si sekolah, namun bukan berarti ia bersekolah tidak ada gunanya. Lagian, Ayah menyekolahkan anak – anaknya bukan untuk menjadi pintar dalam segala hal, namun membuka wawasan dan menjadikan anaknya pribadi yang bijaksana serta merta jika bisa Ayah ingin anak – anaknya itu bisa menjadi orang yang berpendidikan.

“Sembarangan kalo ngomong, abang sekolah punya banyak pelajaran! Mana ada yang cuma – cuma!” Protes Ginanja, Putri mengangguk malas mengiyakan perkataan Ginanja.

“Iya, Iya, terserah,”

“Jadi kenapa pulang?!” Tanya Ginanja.

“Guru rapat sampai siang, daripada nggak ngapa – ngapain di sekolah, disuruh pulang.” Jelas Putri yang mendapat helaan nafas lega dan anggukan dari Ginanja.

“Owh …ya udah, masuk sana!” Suruh Ginanja.

Sebelum Putri masuk ke rumah, Ginanja kembali memanggil Putri, “Put, habis ini mau ngapain? Mau ke kebun atau dirumah aja?” Tanya Ginanja.

“Di rumah aja,” Jawab Putri.

Ginanja tersenyum puas, “Nanti bantuin abang masak ya.” Putri mengangguk tanda setuju, dan Ginanja tersenyum senang, akhirnya dia mendapat bala bantuan.

Tags :
Kategori :

Terkait