Setelah Taliban berkuasa di Afghanistan, jadilah negara itu sarang terorisme internasional.
Amerika pun memusuhi Taliban. Menggulingkan pemerintahannya. Yakni setelah terjadi serangan dua pesawat ke menara kembar New York, 9 September 2010. Yang menewaskan lebih 3.000 orang.
Setelah menguasai Afghanistan, Amerika membangun demokrasi di sana. Mengizinkan banyak partai berdiri. Untuk ikut pemilu.
Tapi tidak pernah ada partai yang berhasil menang. Pemerintahan Afghanistan selalu dibentuk berdasar hasil kompromi yang tidak kukuh.
Politik tidak pernah stabil. Hasil pembangunan juga tidak segera terlihat. Rakyat frustrasi. Mereka juga merasa terhina. Mirip negara jajahan. Rakyat Afghanistan adalah orang yang harga dirinya amat tinggi.
Dari sinilah Taliban kembali mendapat simpati. Terutama ketika muncul pemimpin baru yang berbeda.
Di dalam Taliban sendiri memang terpecah-belah. Terlalu banyak faksi. Salah satunya yang dipimpin Mullah Muhamad Rasul.
Rasul inilah yang membawa Taliban berwajah baru. Rasul berumur 56 tahun. Ia dari daerah selatan, dekat perbatasan Pakistan.
Rasul berasal dari suku Pastun, suku terbesar di Afghanistan. Ia berpikiran moderat. Ia Islam mazhab Sunni.
Taliban versi Rasul ini membawa ideologi Islam-nasional-Afghanistan.
Rasul melarang orang asing menjadi pejuang di Taliban. Tidak seperti Taliban lama. Yang begitu banyak dipegang orang asing. Bahkan pemimpin Taliban dari sayap Al-Qaeda adalah Osama Bin Laden, orang Saudi.
Di tangan Rasul, Al-Qaeda tidak akan boleh beroperasi di Afghanistan. Demikian juga ISIS, dilarang.
Hizbut Tahrir pernah menawarkan sistem kekhalifahan untuk Afghanistan. Rasul menolak.
ISIS juga menawarkan sistem pemerintahan Islamnya untuk Afghanistan. Rasul juga menolak.
Jelaslah bahwa Taliban di bawah Rasul sangat berbeda dengan yang kita kenal di masa lalu.
Taliban yang sekarang ini lebih tepat disebut sebagai nasionalisme Islam Afghanistan. Mereka lebih mencintai Afghanistan dari pada demokrasi Amerika. Mereka lebih mencintai Afghanistan dari pada Islam dari mana pun.