Minggu 22-08-2021,00:00 WIB

 

“Semarah apapun aku, jangan menjauh apalagi membenci diriku. Sebab kehilanganmu karena amarah sesaatku adalah luka yang akan selalu kusesali hingga akhir hayat hidupuku.”

-Ginanja di tepian rasa

>>>***<<<

“Ada yang sakit mana lagi?”

“Semuanya sakit tahu mbak!”

“Ya, Maaf. Kan Mbak nggak sengaja, mana Mbak tahu kalo itu kamu.”

“Udahlah bang, maafin aja Mbak Senja.” Ujar Putri akhirnya menengahi perdebatan antara Ginanja dan Mbak Senja. “Lagian salah abang sendiri, ngapain coba ngecosplay jadi maling? Kayak nggak ada kerjaan lain aja!” Lanjut Putri.

Ginanja menatap sinis Putri, yang ditatap hanya memutarkan bola matanya malas. “Itu salah Mbak Senja tahu, masa ngenalin abang aja nggak bisa!” Kesal Ginanja, kepalanya masih berdenyut –denyut sakit sebab pukulan balok kayu oleh Mbak Senja.

Subuh itu rumah Ginanja ribut sebab insden yang terjadi antara Mbak Senja dan Ginanja, selepas sadar dari pingsannya, Ginanja harus melihat belakang kepalanya dengan benjolan yang lumayan besar yang saat ini tengah dikompres Putri dengan air hangat.

Ditengah keributan yang terjadi, pintu rumah terbuka seiring terdengarnya adzan subuh berkumandang dan disaat yang sama Bang Gangga pulang. Bang Gangga menatap Ginanja, Mbak Senja, dan Putri sekilas lalu berlalu pergi masuk kekamarnya, masa bodoh pada apa yang terjadi dengan saudaranya.

“Bang Gangga itu kenapa sih?!” tanya Putri jengkel. Selain Ginanja, Putri adalah salah satu yang menyimpan banyak tanya pada Ginanja, perlakuan Bang Gangga pada Putri tidaklah berbeda jauh dengan perlakuan Bang Gangga pada Ginanja. Jika Ginanja hanya diam menanggapi Bang Gangga, berbeda dengan Putri yang terang – terangan menunjukkan rasa ketidaksukaannya, dan seringkali menantang Bang Gangga yang akhirnya malah menjadi ajang cuek – mencuekkan.

“Pengen banget Putri tenggelemin ke rawa – rawa,” Gerutu Putri yang tidak sadar menekankan komperasannya kuat ke kepala Ginanja, “Argh!” teriak Ginanja kesakitan.

“Ups!” ringis Putri, “Nggak sengaja!” lanjutnya yang dihadiahi dengan pelototan tajam oleh Ginanja.

“Udah, udah subuhan dulu sana kalian.” Ingat Mbak Senja yang mengalihkan atensi Putri dan Ginanja. Ginanja yang memang tidak ingin membantah segera berlalu pergi meninggalkan Mbak Senja dan Putri yang masih saja kesal dengan kedatangan Bang Gangga. Mbak Senja yang juga berniat ingin melakukan pekerjaannya, menghentikan langkahnya saat mendengar Putri memanggilnya.

Tags :
Kategori :

Terkait