Minggu 26-09-2021,00:00 WIB

“Kalo mau jahil, jangan tanggung, sekalinya jahil, ya tancap gas aja, kalo bisa sampe ada undangan buat pelaminan dan bilang semoga samawa ya!”

-Sarah dan Dunia tipu – tipunya

>>>***<<<

Makan siang Adinara dan Sarah berakhir dengan pembahasan mengenai Andika, bahkan Adinara sangat muak ketika nama Andika terus tertangkap oleh timpani telinganya. Namun dilain sisi, Adinara mempertimbangkan informasi yang diberikan Sarah kepadanya. Adinara tidak ingin, namun hal itu terlalu menggiurkan.

“Sebagai temen, aku ngerestuin kamu sama Andika. Kalian cocok dilihat darimanapun.” Komentar Sarah melihat interaksi Andika dan Adinara, Teman dekat Adinara tersebut juga tahu bahwa pipi Adinara bersemu merah walau tak terlihat jelas. “Ngapain? Gue nggak suka ya sama Andika?” Balas Adinara cepat. Melihat respon Adinara yang asal sebut, Sarah tahu bahwa Adinara masih gugup dengan tingkah Andika yang mengikis jarak di antara mereka tadi.

“Emang aku tanya kamu suka Andika apa enggak? Kan Aku bilang restu, itu artinya seandainya, bukan berarti iya.” Goda Sarah yang dibalas Adinara dengen delikan sebal.

“Bisa nggak, jangan nyebelin sehari aja!” Tukas Adinara mengerucut sebal, berdebat bersama Sarah itu tiada habisnya, perempuan itu selalu punya kata – kata pungkas yang akan menghabisi Adinara dalam waktu seperkian detik.

“Adinara, dengerin aku! Ujar Sarah menghunus tepat di netra mata Adinara. Adinara tahu, jika Sarah sudah begini, maka akan ada hal yang serius yang akan dikatakan Sarah padanya.

“Jangan terlalu berpegang teguh pada prinsip hidup kamu yang aneh itu. Everthing need a reason? Itu bener, Aku nggak akan nyalahin kamu tentang itu, Tapi, nggak semua hal yang terjadi itu bisa dijelaskan dengan sebuah alasan, bisa jadi karena sebuah ketidaksengjaan, atau kebetulan yang tak pernah disangka. Who know’s? dan kamu harus tau Adinara, nggak semua yang datang itu cuma memberi kecewa dan luka, mereka datang bahkan tanpa persiapan apupun, hanya sekedar berjalan mengikuti arus takdir. Dan siapa yang bisa menebak takdir? Hal rumit yang nggak akan satupun orang tahu di dunia ini. Kamu harus sadar apa yang kamu rasain, jangan sampai terlambat buat mengakui, karena yang pergi nggak akan pernah kembali, sekalipun kembali, semua yang kita lewati nggak akan pernah sama, karena kisah yang dirangkai enggak lagi ada pada alur yang sama.” Jelas Sarah panjang lebar, sesekali pandangannya tampak sendu.

“Sarah,” Panggil Adinara pelan, Sarah selalu tahu tentang Adinara, sekalipun Adinara tidak bercerita, Sarah selalu tepat memprediksi perasaan yang dirasakan Adinara. Entah kenapa, Adinara merasa bahwa Sarah ada dalam dilema, sebuah kunkungan mengurung Sarah di titik dimana Adinara tidak akan pernah menggapainya, Sarah bukannya tidak bisa meminta tolong, Sarah yang memilih untuk terus terjebak di dalam sana. Dan Adinara kini menyadari, persahabatan mereka begitu timpang, mengapa Adinara tidak pernah peka dengan keadaan Sarah, saat Sarah begitu peduli dengannya.

“Sarah,” panggil Adinara lagi saat Sarah terdiam beberapa saat, aura sendu yang sangat jarang Sarah tampilkan. Adinara menggenggam tangan Sarah, walau tak tau masalah Sarah, Adinara turut merasakan perasaan itu. Sarah tersenyum pelan lalu tertawa.

“Dengerin ya Adinara, kalo cinta ya udah say you love him, nggak usah sok malu – malu, biasa juga malu – maluin, perempuan itu dilahirkan bukan cuma buat nunggu, nggak salah kalo mulai lebih dulu. Jangan nyesel, jangan sampai kamu kehilangan bahkan sebelum kamu pernah menggengam.” Ujar Sarah sambil berdiri, bersiap meninggalkan Adinara sendirian.

“Mau kemana?” Tanya Adinara pada Sarah yang tiba – tiba beranjak pergi, bahkan Adinara belum menyelesaikan makannya.

“Jalan – jalan, mau ikut?” Tanya Sarah, “Mau Mau,” Jawab Adinara antusias mengangguk – anggukkan kepalanya lucu, sedang Sarah yang melihatnya tersenyum miring, jika Andika dan Adinara tidak bergerak satu sama lain, maka Sarahlah yang akan mengambil tindakan. Sarah melempar sebuah kunci mobil kepada Adinara.

“Di parkiran, Koenigsegg CC8S, Gue izinin ke bos selama dua hari, barang kamu nggak usah diambil, aku traktir.” Ujar Sarah yang mendapat binaran tidak percaya dari Adinara, angina apapun yang meyambar Sarah, Adinara berterimakasih, kapan lagi ia mendapat hiburan super gratis seperti itu.

Tags :
Kategori :

Terkait