JAKARTA — Tri Rismaharini tak pernah membayangkan akan memanggul amanah sebagai Menteri Sosial RI. Carut marut di kementerian yang menangani rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, dan penanganan fakir miskin ini luar biasa dahsyatnya.
Pendahulunya, Juliari Peter Batubara disikat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tersangkut suap kasus pengadaan paket bantuan sosial (bansos) penanganan Covid-19 di wilayah Jabodetabek tahun 2020.
Dalam sekejab, citra baik Kemensos di bawah pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin hancur lebur. Bu Risma demikian ia biasa disapa diminta untuk mengembalikan citra baik itu.
Adalah hal yang lumrah jika Bu Risma kerap meledak-ledak hingga naik pitam melihat amburadulnya penanganan sosial khusunya persolan bansos di lapangan.
Sejatinya, bukan baru-baru ini saja Politisi PDIP kelahiran 20 November 1961 ini murka di muka umum. Tercatat dalam karirnya di birokrasi, Risma memang tipikal pemimpin yang detail, cekatan, dan keras.
Ia tak segan memarahi siapa pun yang ia anggap melanggar aturan dan membela yang benar.
Risma telah dua kali menjabat sebagai Walikota Surabaya. Performa tinggi Risma mengalahkan gaya kasarnya. Bagi warga Surabaya, aksi marah-marah Risma adalah suatu hal yang lumrah dan biasa.
Dahlan Iskan, Mantan Menteri BUMN yang juga warga Surabaya menyebut Risma sebagai sosok pekerja keras, memiliki kemauan besar dan keras untuk mewujudkan keinginannya.
“Ir Tri Rismaharini adalah orang yang tahu detail. Sebagai seorang arsitek ia terbiasa dengan perencanaan dan pekerjaan detail,” ungkap Dahlan dikutip dari tulisannya di Disway bertajuk ‘Normal Risma’, Jumat (15/10/2021).
Satu hal yang menarik dari Bu Risma, ungkap Dahlan, adalah dia tidak terlihat memupuk kekayaan dari jabatannya. Dua periode Risma jadi wali kota, di kota metropolitan pula, rumahnya biasa saja.
“Di daerah yang termasuk kelas 3-nya Surabaya yakni di bilangan Wiyung. Nun di Surabaya Barat banget. Itu bukan daerah kelas 2 apalagi kelas 1. Dia sudah di situ sejak masih menjadi kepala dinas,” terang Dahlan.
Bahkan, rumah orang tuanya yang menjadi rumah pertamanya juga di daerah kelas 3. Di dekat Pasar Burung, Nginden. Yang sampai sekarang tanahnya masih belum berstatus hak milik.
Di rumah inilah, awalnya, dibangun museum sederhana, Historisma. Di situ pula dibuat warung kopi.
“Waktu itu Risma mengira tidak ada jabatan apa-apa lagi setelah dua periode itu berlalu,” lanjut mantan Direktur Utama PLN itu.
Ternyata Risma menjadi menteri sosial. Dahlan sempat tercetus ide untuk mengadakan acara selama satu minggu. Temanya, ‘Surabaya Berterima Kasih Kepada Risma’. Sayangnya pandemi Covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, tak terkecuali Kota Surabaya.